Minggu, 30 November 2008

Belajar di KLCC





Jumat, 27 November 2008-11-28

Ibu...Ibu kita jadi pergi ya Bu? sahut anak-anak kelas 3 SD bersahut-sahutan
Sssstttt.....kataku, ayo keluar lihat guru-guru sedang briefing, lagipula kalian tidak boleh masuk tanpa izin, kataku.

Itulah ketidaksabaran mereka untuk segera pergi ke KLCC, kami memang berencana untuk bermain sambil belajar di sana.
Selesai melakukan senam pagi kami segera berangkat menuju KLCC, saya ditemani Guru yang baru yaitu Bu Nunun. Senangnya mereka dapat dilihat selama perjalanan.Kami menyanyikan lagu-lagu yang biasa dinyanyikan di kelas. Meriah sangat meriah!

Sekitar 15 menit kami sudah tiba di lokasi. Yang pertama saya lakukan adalah membagikan kertas kerja tentang puisi, setiap anak berkelompok mengerjakan tugas yang diberikan, merekapun mencari tempat yang menurut mereka nyaman. Ada anak yang berkelompok duduk-duduk di bangku taman, ada anak yang duduk di rerumputan sambil mendengarkan penjelasan guru tentang puisi, ada juga sebagian anak yang duduk di sekitar taman bermain, mereka memang sudah tidak tahan ingin segera bermain.
30 menit kami belajar bersama, sampai akhirnya mereka berkesempatan untuk bermain, saya berdua dengan Bu Nunun, mengawasi anak-anak. Tampak anak-anak berkeringat kecapaian, tentu saja mereka senang karena di Taman KLCC ini dilengkapai aneka permainan anak-anak dari ayunan, kolam renang, sarang laba-laba dan banyak lagi.
Pukul 11.00 Bus sekolah sudah menjemput, kamipun pulang menuju sekolah.

Sabtu, 29 November 2008

Naskah Drama

AMRI….
DI RUMAH
Suasana pagi di rumah Amri menjadi sangat istimewa karena Amri anak yang manja selalu membuat suasa pagi yang menyegarkan menjadi panas dengan teriakan Amri.
AMRI : Mbok….!!!!!!!! Mbok…!!!
MBOK : Iya, Den Amri..(menghampiri Amri)
AMRI : Mana kaos kaki...?!!! Buku juga tuh belum dimasukkan!! Nanti kalau aku kesiangan bagaimana coba??!! Dah bosan aku di hukum terus!! Cepat donk Mbok!
MBOK : Iyya..Den...., Abis Den Amri bangunnya juga kesiangan..
AMRI : Agh..Berisikkkkk!!!
AYAH : Amri, Tidak pantas kamu seperti itu, kamu itu sudah besar Nak, coba kerjakan sendiri, membereskan buku itu kan hal yang bisa kamu lakukan, pulang sekolah sepatu di letakkan di tempatnya jangan di lempar-lempar . Akhirnya kan kamu sendiri yang repot.
IBU : Sudah lah Pa, kan ada Si Mbok yang bisa mengerjakan semuanya. Amri ayo minum susu dulu(Lagu Susu )...
IBU :Mbok, ambil tasnya..cepat sudah siang, nanti di jalannya macet lagi.
MBOK : iyya...Bu, Ini Den Amri (memberikan tas pada Amri)

DI RUMAH GURU
Bu Guru: Pa, cepat Pa... sudah siang ni nanti mama terlambat lagi
Pa : Ma...mau lagi donk...
Bu Guru: Eh...nanti saja, masa nambah lagi
Pa : Ini Ma nasinya tambah lagi
Bu Guru: Iya...sebentar,Aduh..cepat donk Pa, sudah siang ni ( Lagu:Ayo mama)

DI KELAS
Guru : Anak-anak hari ini kita kedatangan murid baru namanya Verry Liu, dia pandai berbahasa Madarin. Betul kan?
Verry : Iya...Bu Guru, karena kakek dan nenekku menggunakan bahasa Mandarin
Guru : Kalian bisa belajar bahasa Mandarin pada Verry, Coba ada yang ingin bertanya....?
Murid : Saya Bu..Hai...(sambil bersalaman pada Verry) apa bahasa Mandarinnya polisi?
Verry : Itu si gampang artinya Thu Kang thi Lang
Murid : Bu, bagian saya..Coba,Apa bahasa Mandarinnya Jaksa?
Verry : Thu Kang Tho tok
Murid : Nah sekarang bagianku, kalau.... kurus?
Verry : kurus artinya ting gal Thu Lang
Murid : Nah, Kalau Bau sekali? Apa coba?
Verry : lupa Che Bok
Guru : cukup ya, sekarang kita belajar
Amri terlambat masuk sementara kawan-kawannya sedang belajar PKN,(Lagu Satu Dua Tiga Empat)
akhir nya Amri memilih untuk tidak masuk kelas.
Murid : Bu itu Amri tidak masuk kelas
Guru : Amrii.....!!! Kamu bolos ya....!!
Amri : Yaa...Bu!
(Lagu: Amri Membolos) < (Lagu: Jangan Marah)

Murid-murid: Bu, waktunya sudah habis..
Guru : O..Ya..
Pelajaran berikutnya adalah pelajaran Matematika
( Lagu: Satu Ditambah Satu)
Murid : Bu waktunya istirahat
Guru : iya..ya..Nah, anak-anak sekarang kalian boleh istirahat
Murid-murid: Horre...(Lagu Gembira- Tasya)
Murid : Eh..aku punya mainan baru, oleh-oleh waktu aku pulang ke Indonesia
Murid : Boleh aku ikut?
Murid : Tentu saja. Ayo!
(Lagu : Cublak-cublak Suweng)
Amri datang melemparkan permen karet pada teman-temannya. Tentu saja suasana menyenangkan menjadi agak riuh.
(Lagu: Permen Karet)
Murid : Bu...ni Bu Amri nakal Bu...
Guru : Amri...!!!
(Lagu : Jangan Usil)
BUNYI BEL Istirahat telah usai
Guru : Anak-anak seminggu lagi kalian akan mengikuti ulangan umum, jika kalian rajin belajar tentu akan naik kelas,oleh karena itu kalian harus lebih giat lagi belajar
Murid-murid: Iya Bu Guru...
Guru : Nah, sekarang saatnya kita pulang. Ketua kelas coba siapkan!
Ketua kelas : Semua siaaaaaapppp...!!!! hormat pada Bu Guru!
Murid -murid : Selamat siang Bu... !!!
Guru : Kurang kompaaak !!
Murid -murid : Selamat siang Bu !! (lebih keras)
Guru : Kurang kompaaak !!
Murid -murid: Kurang kompaaakkkk Bu !!!!
Guru : "Selamat siang..."

DI RUMAH AMRI
(Lagu Bintang kejora)
Amri sedang bermain PS

DI RUMAH LARAS
Laras sedang tekun belajar

PEMBAGIAN RAPOR
(Lagu Naik Kelas)

Selasa, 04 November 2008


Lapanglah sudah

Engkau tak akan pernah kehabisan cara
untuk membahagiakan siapapun dengan cara apapun

Kamis, 16 Oktober 2008

Sabtu, 16 Agustus 2008




Senin, 28 April 2008

TENTANG PEREMPUAN

Aku adalah....


Aku adalah perempuan
Yang meradang menahan nyeri
Karena kau dengan sombongnya
Menabur luka

Aku adalah perempuan
Yang muak dengan kata-kata anyirmu
Karena kau dengan angkuh
Menebarkan aroma busukmu


Aku adalah perempuan
Yang melolong
Merangkak
Menerjang
Menggapai matahari
Bukan padamu!!!

def: (KL.28 /04/08)

Minggu, 20 April 2008

Sesaat Rehat (Belajar dari anak)

Wajahmu itu Berbinar

Keluar dari kelas 3 SD memang membuat penat. Jumlah siswa yang lebih dari 40 dengan kelas yang kecil menambah riuh suasana, sampai kadang –kadang saya memerlukan pelantang ke kelas agar suara saya terdengar oleh seluruh anggota kelas.

Itupun sempat dikerubuti, mereka berteriak kepada teman-temannya bahwa pelajaran hari ini adalah menyanyi.

“Bu kita karaokean ya Bu!” Teriak Yusri yang selalu berteriak jka berbicara.Tanpa sempat saya menjawab, teman-temannya menyambut ucapan Yusri.

”Horree.... kita karaokean!!!”

Saya hiraukan teriakan mereka sambil memasang kabel untuk menggunakan pelantang.

Selesai mengajar di kelas itu saya mengajar di kelas 2 SD.Di kelas ini saya memberikan materi ”Menggunakan Kata Tanya” dengan menggunakan alat peraga berupa kata tanya yang ditulis oleh guru kesenian Pak Enda namanya. Agar tulisannya menarik , dia menulisnya di atas kertas berwarna. Mengajar di SD memang harus banyak cara agar pembelajaran menjadi menarik.

Pada Akhir waktu, saya memberi tugas agar mereka membuat kalimat dengan menggunakan kata tanya. Sambil memantau para siswa sesekali saya duduk dengan mereka. Siti Nurahsyikin yang selalu manja bila di dekatku mulai memijat tanganku. Mimi tak mau kalah, dia mulai memijat pundakku. Saya memuji mereka kalau pijatannya enak padahal apa yang diharapkan ketika tenaga mereka masih lemah.

”Bu, coba sama mama saya dipijatnya, mama saya kan tukang pijat” Ujar Agustin, dan ucapannya itu menghentakkan saya.

Ntah dengan maksud apa dia mengatakan begitu, apa dia tak mau kalah karena teman-temannya memijat tangan saya sementara dia masih mengerjakan tugas . Agustin, anak yang manis, kulitnya bersih kekuningan, rambutnya agak pirang, cantik, dan nilainya pun lumayan bagus.

”O,ya? Wah enak dong kalau punya mama pandai memijat” sambil berharap dia akan mengucapkan sesuatu lagi.

”Iya, saya kalau sakit mama yang pijatin, kemudian orang-orang juga minta mama yang pijatin. Nah, Ibu coba deh sama mama saya” ucapnya penuh semangat.

”Iya, betul Ibu mau kok.” kataku sambil memeriksa pekerjaan anak yang sudah selesai mengerjakan tugas.

”Oya, Bu, mama saya juga suka buat jamu. Kalau ada ibu-ibu yang anaknya susah makan, suka minta sama mama ,buatin jamu biar anaknya makan banyak” katanya lagi, seolah kata-katanya itu dapat mengalahkan teman-temannya yang terus memijat tangan dan pundakku.

”Wah, hebat ya...terus kalau ayah kerjanya apa? Tanyaku.

”Kalau ayah, suka membaiki sepatu yang koyak” Ujarnya masih dengan mata berbinar-binar.

”Agustin, Ibu pesan jamu ya sama mama, namanya jamu kunyit asam sirih” kataku sambil menulis pada secarik kertas khawatir dia akan lupa. Saya segera pergi dari kelas itu karena guru selanjutnya sudah menanti.

Esok hari ketika saya selesai mengajar di kelas 2 IPS, di meja kerjaku sudah tampak sebotol jamu. Bu Ninik, yang duduknya dekat denganku mengatakan kalau jamu itu titipan dari mamanya Anggi, demikian panggilan Agustin.

”Bu, saya pesan juga lho, ternyata mamanya Anggi itu suka buat jamu ya”kata Bu Ninik, dengan suaranya yang terdengar manis manja. Saya selalu mengatakan itu padanya, mungkin karena dia dijuluki spesialis mengajar di kelas 1 SD, jadi suaranya harus mengikuti keadaan.

”Bukan itu saja Bu, dia juga pandai memijat”kataku.

”Lha? Saya mengira Anggi itu anak orang kaya lho, anaknya kan cantik, penampilannya juga” Bu Ninik, sedikit kaget.

”Yang membuat lebih cantik lagi, anak itu bangga memiliki orang tua dengan keadaan seperti itu” kataku sambil membayangkan wajah Agustin yang berbinar, bangga dan bahagia memiliki orangtua apapun keadaannya di tengah teman-temannya yang memiliki orangtua sebagai diplomat, pilot, dosen,pegawai petronas, dan pekerjaan lain yang seringkali membuat anaknya bangga dan orang –orang disekitar merasa harus hati-hati agar tidak salah melayani.

Alloh berfirman,Adapun manusia, apabila Rabb-nya menguji lalu dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia berkata:”Rabb-ku telah memuliakanku.” Adapun bila Rabb-nya menguji lalu membatasi rezekinya, maka dia berkata: ”Rabb-ku menghinakanku.” Sekali-kali tidak demikian....(QS. Al-Fajr:15-17)

Sebab itu, berpegang teguhlah kepada apa yang aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur.(QS. Al-A’raaf:144)

Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia. (QS.Az-Zukhruf : 32) ( KL20/04/08 def:)



That’s a Harmony Class!

Istirahat pertama Wiwin yang kelasnya di atas tidak terlihat turun untuk membeli makanan . Dia sibuk membersihkan kelas, mengelap kaca, menata ruangan , menyimpan beberapa karya teman-temannya yang terbuat dari lilin di atas bangku yang tak terpakai.Sementara teman-temannya ada yang jajan,baca buku, sebagian di ruang komputer, ada juga yang ngobrol seolah membicarakan hal yang lebih menarik ketimbang harus membersihkan kelas seperti yang dilakukan oleh Wiwin. Sesekali dia naik di atas kursi untuk membersihkan bagian yang tidak terjangkau, agak khawatir juga melihatnya karena berat tubuhnya memang melebihi berat rata-rata kawan-kawannya. Ketika saya melihat jadwal piket yang ditempel di dinding,saya menanyakan buatan siapa, Nurul menjawab Nana lah yang membuat. Kertas karton hitam yang ditempeli foto-foto anggota kelas serta ada foto walikelas yang dilengkapi dengan sebait pantun yang isinya(…..) that’s a harmony class!!

Begitu asyiknya saya melihat Wiwin bekerja membersihkan kelas tanpa kata sampai tak terasa kalau waktu istirahat hanya tinggal 5 menit lagi.Akhirnya saya turun, tak disangka saya bertemu dengan walikelasnya Wiwin, kemudian saya memuji kelasnya dan mengomentari pantun yang ditujukan untuk walikelasnya, ternyata dia tidak mengetahui kalau fotonya di pajang di kelas apalagi membaca pantunnya.

Dua minggu kemudian, anak-anakku mengungkapkan kalau akan ada penilaian kelas.Mereka minta pendapatku bagaimana cara menata kelas. Hari berikutnya mereka mengatakan sudah belanja membeli keperluan penataan kelas dengan menggunakan uang kas. Ada juga yang meminta bantuan untuk mengeprint jadwal kelas.. Sorenya saya bersama dengan dua orang siswa pergi cetak foto anggota kelas.Saya sangat senang sekali dengan kesibukan mereka menata kelas.

Hari Sabtu, kebetulan di sekolah ada acara maulid Nabi setelah selesai acara,mereka melanjutkan kegiatan menata kelas.Ada beberapa anak yang datang untuk menanyakan mading, kebetulan saya juga sedang menyiapkan sesuatu untuk kegiatan mengajar. Ada juga anak yang bertanya mengapa saya tidak melihat kelas bukankah kelas sedang di benahi.Tentu saja saya juga berniat untuk ke kelas, tapi ada yang lebih saya utamakan. Sebelum pergi kusempatkan untuk melihat kelas tetapi baru beberapa langkah masuk kelas saya harus mendapatkan kata-kata yang teramat indah untuk saya renungkan,saya merasa malu menjadi walikelas mereka, seharusnya memang saya berada di kelas itu, membantu mereka menata kelas, saya salah beranggapan bahwa mereka akan membuat kejutan untuk saya .

Masih ingatkah Nak, waktu tahun ajaran baru ketika saya bahagia mendapat tugas menjadi walikelas kalian. Ungkapan bahagia itu saya nyatakan dengan menata kelas sendiri, membeli taplak, vas bunga, dan bunga hidup agar kelas terlihat segar.

Tahun ajaran baru pun akan kita jelang, vas bunga, taplak meja, dan bunga hidup yang selalu saya mohon agar menyisakan setetes air minummu untuknya. Kini benda-benda itu sudah tiada. Saya menyaksikan sendiri bunga itu merana, dan akhirnya saya simpan di luar, karena saya tahu Tuhan itu maha Pemurah dengan rinai hujanNya untuk kami juga untuk bunga itu. Saya juga menginginkan agar di kelas di pasang foto-foto anggota kelas tapi semua itu terwujud ketika sekolah mengumumkan akan ada lomba penilaian kelas .

Kini kelas itu sudah tertata rapih, ada foto-foto, ada taplak, ada bunga plastik, tirai jendela, jadwal kelas yang ditulis di kertas warna-warni, meriah sangat meriah tak semeriah hati saya ketika akhirnya saya pergi dari kelas itu dengan linangan air mata, saya mendapatkan pelajaran” bekerja untuk tidak banyak kata” jadi ingat ceramahnya AA Gym:

  • Aku bukan ancaman
  • Aku menyenangkan bagimu
  • Aku memberi manfaat

Dan bukanlah aku termasuk orang yang mengada-adakan (QS. Shaad:86)

Jika kita ingin bahagia, mendapatkan ketenangan jiwa, dan dapat memberikan yang terbaik untuk orang lain, maka kita harus berbicara, bekerja dan memberikan sesuatu yang kita mampu melakukannya. Dalam sebuah hadist disebutkan: “Sesungguhnya Alloh senang terhadap seseorang di antara kalian yang jika melakukan suatu pekerjaan maka akan melakukannya dengan baik”.(Laa Tahzan. Hal 505).(KL.7/04/08 def:)





Rabu, 02 April 2008

Selasa, 01 April 2008

Minggu, 23 Maret 2008

Senin, 25 Februari 2008

INFO SISWA


Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan edisi kedua berdasarkan keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Nomor 0543a/U/1987, tanggal 9 September 1987, dicermatkan pada Rapat Kerja ke-30 Panitia Kerja Sama Kebahasaan di Tugu, tanggal 16–20 Desember 1990 dan diterima pada Sidang ke-30 Majelis Bahasa Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia di Bandar Seri Begawan, tanggal 4–6 Maret 1991.

Daftar isi:


I.

Pemakaian Huruf


A. Huruf Abjad
B. Huruf Vokal
C. Huruf Konsonan
D. Huruf Diftong
E. Gabungan Huruf Konsonan
F. Pemenggalan Kata


II.

Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring


A. Huruf Kapital atau Huruf Besar
B. Huruf Miring


III.

Penulisan Kata


A. Kata Dasar
B. Kata Turunan
C. Kata Ulang
D. Gabungan Kata
E. Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya
F. Kata Depan di, ke, dan dari
G. Kata si dan sang
H. Partikel
I. Singkatan dan Akronim
J. Angka dan Lambang Bilangan

IV.

Penulisan Huruf Serapan





V.

Pemakaian Tanda Baca



A. Tanda Titik
B. Tanda Koma
C. Tanda Titik Koma
D. Tanda Titik Dua
E. Tanda Hubung
F. Tanda Pisah
G. Tanda Elipsis
H. Tanda Tanya

I. Tanda Seru
J. Tanda Kurung
K. Tanda Kurung Siku
L. Tanda Petik
M. Tanda Petik Tunggal
N. Tanda Garis Miring
O. Tanda Penyingkat (Apostrof)

[sunting] I. Pemakaian Huruf

[sunting] A. Huruf Abjad

Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf yang berikut. Nama tiap huruf disertakan di sebelahnya.

Huruf

Nama

Huruf

Nama

Huruf

Nama

A a

a

J j

je

S s

es

B b

be

K k

ka

T t

te

C c

ce

L l

el

U u

u

D d

de

M m

em

V v

fe

E e

e

N n

en

W w

we

F f

ef

O o

o

X x

eks

G g

ge

P p

pe

Y y

ye

H h

ha

Q q

ki

Z z

zet

I i

i

R r

er



[sunting] B. Huruf Vokal

Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o, dan u.

Huruf Vokal

Contoh Pemakaian dalam Kata

Di Awal

Di Tengah

Di Akhir

a

api

padi

lusa

e*

enak

petak

sore


emas

kena

tipe

i

itu

simpan

murni

o

oleh

kota

radio

u

ulang

bumi

ibu

* Dalam pengajaran lafal kata, dapat digunakan tanda aksen jika ejaan kata menimbulkan keraguan.

Misalnya:

Anak-anak bermain di teras (téras).

Upacara itu dihadiri pejabat teras pemerintah.

Kami menonton film seri (séri).

Pertandingan itu berakhir seri.

[sunting] C. Huruf Konsonan

Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.

Huruf Konsonan

Contoh Pemakaian dalam Kata

Di Awal

Di Tengah

Di Akhir

b

bahasa

sebut

adab

c

cakap

kaca

d

dua

ada

abad

f

fakir

kafir

maaf

g

guna

tiga

balig

h

hari

saham

tuah

j

jalan

manja

mikraj

k

kami

paksa

sesak


rakyat*

bapak*

l

lekas

alas

kesal

m

maka

kami

diam

n

nama

anak

daun

p

pasang

apa

siap

q**

Quran

Furqan

r

raih

bara

putar

s

sampai

asli

lemas

t

tali

mata

rapat

v

varia

lava

w

wanita

hawa

x**

xenon

y

yakin

payung

z

zeni

lazim

juz

* Huruf k di sini melambangkan bunyi hamzah.

** Huruf q dan x digunakan khusus untuk nama dan keperluan ilmu.

[sunting] D. Huruf Diftong

Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi.

Huruf Diftong

Contoh Pemakaian dalam Kata

Di Awal

Di Tengah

Di Akhir

ai

ain

syaitan

pandai

au

aula

saudara

harimau

oi

boikot

amboi

[sunting] E. Gabungan Huruf Konsonan

Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan konsonan, yaitu kh, ng, ny, dan sy.

Gabungan
Huruf
Konsonan

Contoh Pemakaian dalam Kata

Di Awal

Di Tengah

Di Akhir

kh

khusus

akhir

tarikh

ng

ngilu

bangun

senang

ny

nyata

hanyut

sy

syarat

isyarat

arasy

[sunting] F. Pemenggalan Kata

1.

Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut:


a.

Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan kata itu dilakukan di antara kedua huruf vokal itu.


Misalnya: ma-in, sa-at, bu-ah


Huruf diftong ai, au, dan oi tidak pernah diceraikan sehingga pemenggalan kata tidak dilakukan di antara kedua huruf itu.


Misalnya:

au-la

bukan

a-u-la

sau-da-ra

bukan

sa-u-da-ra

am-boi

bukan

am-bo-i

b.

Jika di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan huruf konsonan, di antara dua buah huruf vokal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan.


Misalnya:

ba-pak, ba-rang, su-lit, la-wan, de-ngan, ke-nyang, mu-ta-khir

c.

Jika di tengah kata ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu. Gabungan huruf konsonan tidak pernah diceraikan.


Misalnya:

man-di, som-bong, swas-ta, cap-lok, Ap-ril, bang-sa, makh-luk

d.

Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih, pemenggalan dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua.


Misalnya:

in-strumen, ul-tra, in-fra, bang-krut, ben-trik, ikh-las

2.

Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan, termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya, dapat dipenggal pada pergantian baris.


Misalnya:

makan-an, me-rasa-kan, mem-bantu, pergi-lah


Catatan:

a.

Bentuk dasar pada kata turunan sedapat-dapatnya tidak dipenggal.

b.

Akhiran -i tidak dipenggal.
(Lihat keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 1.)

c.

Pada kata yang berimbuhan sisipan, pemenggalan kata dilakukan sebagai berikut.


Misalnya: te-lun-juk, si-nam-bung, ge-li-gi

3.

Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalan kata dapat dilakukan

(1) di antara unsur-unsur itu atau
(2) pada unsur gabungan itu sesuai dengan kaidah 1a, 1b, 1c, dan 1d di atas.


Misalnya:

bio-grafi, bi-o-gra-fi

foto-grafi, fo-to-gra-fi

intro-speksi, in-tro-spek-si

kilo-gram, ki-lo-gram

kilo-meter, ki-lo-me-ter

pasca-panen, pas-ca-pa-nen

[sunting] Keterangan:

Nama orang, badan hukum, dan nama diri yang lain disesuaikan dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan kecuali jika ada pertimbangan khusus.

[sunting] II. Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring

[sunting] A. Huruf Kapital atau Huruf Besar

1.

Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.


Misalnya:

Dia mengantuk.

Apa maksudnya?

Kita harus bekerja keras.

Pekerjaan itu belum selesai.

2.

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.


Misalnya:

Adik bertanya, "Kapan kita pulang?"

Bapak menasihatkan, "Berhati-hatilah, Nak!"

"Kemarin engkau terlambat," katanya.

"Besok pagi," kata Ibu, "dia akan berangkat".

3.

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.


Misalnya:

Allah, Yang Mahakuasa, Yang Maha Pengasih, Alkitab, Quran, Weda, Islam, Kristen

Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar kepada hamba-Nya.

Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.

4.

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.


Misalnya:

Mahaputra Yamin

Sultan Hasanuddin

Haji Agus Salim

Imam Syafii

Nabi Ibrahim


Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar, kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.


Misalnya:

Dia baru saja diangkat menjadi sultan.

Tahun ini ia pergi naik haji.

5.

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.


Misalnya:

Wakil Presiden Adam Malik

Perdana Menteri Nehru

Profesor Supomo

Laksamana Muda Udara Husen Sastranegara

Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian

Gubernur Irian Jaya


Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang, atau nama tempat.


Misalnya:

Siapa gubernur yang baru dilantik itu?

Kemarin Brigadir Jenderal Ahmad dilantik menjadi mayor jenderal.

6.

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.


Misalnya:

Amir Hamzah

Dewi Sartika

Wage Rudolf Supratman

Halim Perdanakusumah

Ampere


Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama sejenis atau satuan ukuran.


Misalnya:

mesin diesel

10 volt

5 ampere

7.

Huruf kapital sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa.


Misalnya:

bangsa Indonesia

suku Sunda

bahasa Inggris


Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.


Misalnya:

mengindonesiakan kata asing

keinggris-inggrisan

8.

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.


Misalnya:

bulan Agustus

hari Natal

bulan Maulid

Perang Candu

hari Galungan

tahun Hijriah

hari Jumat

tarikh Masehi

hari Lebaran

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia


Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama.


Misalnya:

Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya.

Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.

9.

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.


Misalnya:

Asia Tenggara

Kali Brantas

Banyuwangi

Lembah Baliem

Bukit Barisan

Ngarai Sianok

Cirebon

Pegunungan Jayawijaya

Danau Toba

Selat Lombok

Daratan Tinggi Dieng

Tanjung Harapan

Gunung Semeru

Teluk Benggala

Jalan Diponegoro

Terusan Suez

Jazirah Arab



Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri.


Misalnya:

berlayar ke teluk

mandi di kali

menyeberangi selat

pergi ke arah tenggara


Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai nama jenis.


Misalnya:

garam inggris

gula jawa

kacang bogor

pisang ambon

11.

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resi kecuali kata seperti dan.


Misalnya:

Republik Indonesia

Majelis Permusyawaratan Rakyat

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak

Keputusan Presiden Republik Indonesia, Nomor 57, Tahun 1972


Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.


Misalnya:

menjadi sebuah republik

beberapa badan hukum

kerja sama antara pemerintah dan rakyat

menurut undang-undang yang berlaku

12.

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.


Misalnya:

Perserikatan Bangsa-Bangsa

Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

Rancangan Undang-Undang Kepegawaian

13.

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal.


Misalnya:

Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.

Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.

Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan.

Ia menyelesaikan makalah "Asas-Asas Hukum Perdata".

14.

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.


Misalnya:

Dr.

doktor

M.A.

master of arts

S.H.

sarjana hukum

S.S.

sarjana sastra

Prof.

profesor

Tn.

tuan

Ny.

nyonya

Sdr.

saudara

15.

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.


Misalnya:

"Kapan Bapak berangkat?" tanya Harto.

Adik bertanya, "Itu apa, Bu?"

Surat Saudara sudah saya terima.

"Silakan duduk, Dik!" kata Ucok.

Besok Paman akan datang.

Mereka pergi ke rumah Pak Camat.

Para ibu mengunjungi Ibu Hasan.


Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan.


Misalnya:

Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.

Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.

16.

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.


Misalnya:

Sudahkah Anda tahu?

Surat Anda telah kami terima.

[sunting] B. Huruf Miring

1.

Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menulis nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.


Misalnya:

majalah Bahasa dan Kesusastraan

buku Negarakertagama karangan Prapanca

surat kabar Suara Karya

2.

Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.


Misalnya:

Huruf pertama kata abad ialah a.

Dia bukan menipu, tetapi ditipu.

Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf kapital.

Buatlah kalimat dengan berlepas tangan.

3.

Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.


Misalnya:

Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostana.

Politik divide et impera pernah merajalela di negeri ini.

Weltanschauung antara lain diterjemahkan menjadi 'pandangan dunia'.


Tetapi:

Negara itu telah mengalami empat kudeta.

Catatan:

Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring diberi satu garis di bawahnya.

[sunting] III. Penulisan Kata

[sunting] A. Kata Dasar

Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.

Misalnya:

Ibu percaya bahwa engkau tahu.

Kantor pajak penuh sesak.

Buku itu sangat tebal.

[sunting] B. Kata Turunan

1.

Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.


Misalnya:

· bergeletar

· dikelola

· penetapan

· menengok

· mempermainkan

2.

Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
(Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 5.)


Misalnya:

· bertepuk tangan

· garis bawahi

· menganak sungai

· sebar luaskan

3.

Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.
(Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 5.)


Misalnya:

· menggarisbawahi

· menyebarluaskan

· dilipatgandakan

· penghancurleburan

4.

Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.


Misalnya:

adipati

mahasiswa

aerodinamika

mancanegara

antarkota

multilateral

anumerta

narapidana

audiogram

nonkolaborasi

awahama

Pancasila

bikarbonat

panteisme

biokimia

paripurna

caturtunggal

poligami

dasawarsa

pramuniaga

dekameter

prasangka

demoralisasi

purnawirawan

dwiwarna

reinkarnasi

ekawarna

saptakrida

ekstrakurikuler

semiprofesional

elektroteknik

subseksi

infrastruktur

swadaya

inkonvensional

telepon

introspeksi

transmigrasi

kolonialisme

tritunggal

kosponsor

ultramodern

Catatan:

(1)

Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf kapital, di antara kedua unsur itu dituliskan tanda hubung (-).


Misalnya:

  • non-Indonesia
  • pan-Afrikanisme

(2)

Jika kata maha sebagai unsur gabungan diikuti oleh kata esa dan kata yang bukan kata dasar, gabungan itu ditulis terpisah.


Misalnya:

Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.

Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.

[sunting] C. Kata Ulang

Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.

Misalnya:

anak-anak, buku-buku, kuda-kuda, mata-mata, hati-hati, undang-undang, biri-biri, kupu-kupu, kura-kura, laba-laba, sia-sia, gerak-gerik, huru-hara, lauk-pauk, mondar-mandir, ramah-tamah, sayur-mayur, centang-perenang, porak-poranda, tunggang-langgang, berjalan-jalan, dibesar-besarkan, menulis-nulis, terus-menerus, tukar-menukar, hulubalang-hulubalang, bumiputra-bumiputra

[sunting] D. Gabungan Kata

1.

Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah.


Misalnya:

duta besar, kambing hitam, kereta api cepat luar biasa, mata pelajaran, meja tulis, model linear, orang tua, persegi panjang, rumah sakit umum, simpang empat.

2.

Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian, dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan.


Misalnya:

alat pandang-dengar, anak-istri saya, buku sejarah-baru, mesin-hitung tangan, ibu-bapak kami, watt-jam, orang-tua muda

3.

Gabungan kata berikut ditulis serangkai.


Misalnya:

acapkali, adakalanya, akhirulkalam, alhamdulillah, astagfirullah, bagaimana, barangkali, bilamana, bismillah, beasiswa, belasungkawa, bumiputra, daripada, darmabakti, darmasiswa, dukacita, halalbihalal, hulubalang, kacamata, kasatmata, kepada, keratabasa, kilometer, manakala, manasuka, mangkubumi, matahari, olahraga, padahal, paramasastra, peribahasa, puspawarna, radioaktif, sastramarga, saputangan, saripati, sebagaimana, sediakala, segitiga, sekalipun, silaturahmi, sukacita, sukarela, sukaria, syahbandar, titimangsa, wasalam

[sunting] E. Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya

Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; ku, mu, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

Misalnya:

Apa yang kumiliki boleh kauambil.

Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.

[sunting] F. Kata Depan di, ke, dan dari

Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
(Lihat juga Bab III, Pasal D, Ayat 3.)

Misalnya:

Kain itu terletak di dalam lemari.

Bermalam sajalah di sini.

Di mana Siti sekarang?

Mereka ada di rumah.

Ia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan.

Ke mana saja ia selama ini?

Kita perlu berpikir sepuluh tahun ke depan.

Mari kita berangkat ke pasar.

Saya pergi ke sana-sini mencarinya.

Ia datang dari Surabaya kemarin.

Catatan:

Kata-kata yang dicetak miring di bawah ini ditulis serangkai.

Si Amin lebih tua daripada si Ahmad.

Kami percaya sepenuhnya kepadanya.

Kesampingkan saja persoalan yang tidak penting itu.

Ia masuk, lalu keluar lagi.

Surat perintah itu dikeluarkan di Jakarta pada tanggal 11 Maret 1966.

Bawa kemari gambar itu.

Kemarikan buku itu.

Semua orang terkemuka di desa itu hadir dalam kenduri itu.

[sunting] G. Kata si dan sang

Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.

Misalnya:

Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil.

Surat itu dikirimkan kembali kepada si pengirim.

[sunting] H. Partikel

1.

Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.


Misalnya:

Bacalah buku itu baik-baik.

Jakarta adalah ibu kota Republik Indonesia.

Apakah yang tersirat dalam surat itu?

Siapakah gerangan dia?

Apatah gunanya bersedih hati?

2.

Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.


Misalnya:

Apa pun yang dimakannya, ia tetap kurus.

Hendak pulang pun sudah tak ada kendaraan.

Jangan dua kali, satu kali pun engkau belum pernah datang ke rumahku.

Jika ayah pergi, adik pun ingin pergi.


Catatan:

Kelompok yang lazim dianggap padu, misalnya adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, walaupun ditulis serangkai.

Misalnya:

Adapun sebab-sebabnya belum diketahui.

Bagaimanapun juga akan dicobanya menyelesaikan tugas itu.

Baik para mahasiswa maupun mahasiswi ikut berdemonstrasi.

Sekalipun belum memuaskan, hasil pekerjaannya dapat dijadikan pegangan.

Walaupun miskin, ia selalu gembira.

3.

Partikel per yang berarti 'mulai', 'demi', dan 'tiap' ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya.


Misalnya:

Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April.

Mereka masuk ke dalam ruangan satu per satu.

Harga kain itu Rp 2.000 per helai.

[sunting] I. Singkatan dan Akronim

1.

Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.


a.

Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti dengan tanda titik.


Misalnya:



A.S. Kramawijaya


Muh. Yamin


Suman Hs.


Sukanto S.A.


M.B.A

master of business administration

M.Sc.

master of science

S.E

sarjana ekonomi

S.Kar

sarjana karawitan

S.K.M

sarjana kesehatan masyarakat

Bpk.

bapak

Sdr.

saudara

Kol.

kolonel

b.

Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.


Misalnya:



DPR

Dewan Perwakilan Rakyat

PGRI

Persatuan Guru Republik Indonesia

GBHN

Garis-Garis Besar Haluan Negara

SMTP

Sekolah Menengah Tingkat Pertama

PT

Perseroan Terbatas

KTP

Kartu Tanda Penduduk

c.

Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik.


Misalnya:



dll.

dan lain-lain

dsb.

dan sebagainya

dst.

dan seterusnya

hlm.

halaman

sda.

sama dengan atas

Yth. (Sdr. Moh. Hasan)

Yang terhormat (Sdr. Moh. Hasan)



Tetapi:


a.n.

atas nama

d.a.

dengan alamat

u.b.

untuk beliau

u.p.

untuk perhatian

d.

Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.


Misalnya:



Cu

kuprum

TNT

trinitrotoluen

cm

sentimeter

kVA

kilovolt-ampere

l

liter

kg

kilogram

Rp (5.000,00)

(lima ribu) rupiah

2.

Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.


a.

Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital.


Misalnya:



ABRI

Angkatan Bersenjata Republik Indonesia

LAN

Lembaga Administrasi Negara

PASI

Persatuan Atletik Seluruh Indonesia

IKIP

Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan

SIM

Surat Izin Mengemudi

b.

Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.


Misalnya:



Akabri

Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia

Bappenas

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

Iwapi

Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia

Kowani

Kongres Wanita Indonesia

Sespa

Sekolah Staf Pimpinan Administrasi

c.

Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil


Misalnya:



pemilu

pemilihan umum

radar

radio detecting and ranging

rapim

rapat pimpinan

rudal

peluru kendali

tilang

bukti pelanggaran

Catatan:

Jika dianggap perlu membentuk akronim, hendaknya diperhatikan syarat-syarat berikut:

1. Jumlah suku kata akronim jangan melebihi jumlah suku kata yang lazin pada kata Indonesia

2. Akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia yang lazim.

[sunting] J. Angka dan Lambang Bilangan

1.

Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.


Angka Arab

:

0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9

Angka Romawi

:

I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M (1.000)

Pemakaiannya diatur lebih lanjut dalam pasal-pasal yang berikut ini.

2.

Angka digunakan untuk menyatakan:

(i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi (ii) satuan waktu (iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas


Misalnya:

0,5 sentimeter

5 kilogram

4 meter persegi

10 liter

1 jam 20 menit

pukul 15.00

tahun 1928

17 Agustus 1945

Rp5.000,00

US$3.50*

$5.10*

¥100

2.000 rupiah

50 dolar Amerika

10 paun Inggris

100 yen

10 persen

27 orang

* tanda titik di sini merupakan tanda desimal.

3.

Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat.


Misalnya:

· Jalan Tanah Abang I No. 15

· Hotel Indonesia, Kamar 169

4.

Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.


Misalnya:

· Bab X, Pasal 5, halaman 252

· Surah Yasin: 9

5.

Penulisan lambang bilangan yang dengan huruf dilakukan sebagai berikut:


a.

Bilangan utuh


Misalnya:

dua belas
dua puluh dua
dua ratus dua puluh dua


12
22
222

b.

Bilangan pecahan


Misalnya:

setengah
tiga perempat
seperenam belas
tiga dua pertiga
seperseratus
satu persen
satu dua persepuluh

1/2
3/4
1/16
3 2/3
1/100
1%
1,2

6.

Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang berikut.


Misalnya:

  • Paku Buwono X
  • pada awal abad XX
  • dalam kehidupan pada abad ke-20 ini
  • lihat Bab II, Pasal 5
  • dalam bab ke-2 buku itu
  • di daerah tingkat II itu
  • di tingkat kedua gedung itu
  • di tingkat ke-2 itu
  • kantornya di tingkat II itu

7.

Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran -an mengikuti


Misalnya:

tahun '50-an
uang 5000-an
lima uang 1000-an

(tahun lima puluhan)
(uang lima ribuan)
(lima uang seribuan)

8.

Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, sperti dalam perincian dan pemaparan.


Misalnya:

Amir menonton drama itu sampai tiga kali.

Ayah memesan tiga ratus ekor ayam.

Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5 orang memberikan suara blangko.

Kendaraan yang ditempah untuk pengangkutan umum terdiri atas 50 bus, 100 helicak, 100 bemo.

9.

Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.


Misalnya:

Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu.

Pak Darmo mengundang 250 orang tamu.


Bukan:

15 orang tewas dalam kecelakaan itu.

Dua ratus lima puluh orang tamu diundang Pak Darmo.

10.

Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca.


Misalnya:

Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah.

Penduduk Indonesia berjumlah lebih dari 120 juta orang.

11.

Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali di dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi.


Misalnya:

Kantor kami mempunya dua puluh orang pegawai.

DI lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.


Bukan:

Kantor kamu mempunyai 20 (dua puluh) orang pegawai.

Di lemari itu tersimpan 805 (delapan ratus lima) buku dan majalah.

12.

Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.


Misalnya:

Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp999,75 (sembilan ratus sembilan puluh sembilan dan tujuh puluh lima perseratus rupiah).

Saya lampirkan tanda terima uang sebesar 999,75 (sembilan ratus sembilan puluh sembilan dan tujuh puluh lima perseratus) rupiah.

[sunting] IV. Penulisan Huruf Serapan

Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari pelbagai bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing seperti Sanskerta, Arab, Portugis, Belanda, atau Inggris.

Berdasarkan taraf integrasinya, unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas dua golongan besar.

  1. Pertama, unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti: reshuffle, shuttle cock, I'exploitation de l'homme par I'homme. Unsur-unsur ini dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih mengikuti cara asing.
  2. Kedua, unsur pinjaman yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini diusahakan agar ejaannya hanya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.

[sunting] Kaidah ejaan

Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan itu sebagai berikut.




aa (Belanda) menjadi a


paal
baal
octaaf

pal
bal
oktaf

ae tetap ae jika tidak bervariasi dengan e


aerobe
aerodinamics

aerob
aerodinamika

ae, jika bervariasi dengan e, menjadi e


haemoglobin
haematite

hemoglobin
hematit

ai tetap ai


trailer
caisson

trailer
kaison

au tetap au


audiogram
autotroph
tautomer
hydraulic
caustic

audiogram
autotrof
tautomer
hidraulik
kaustik

c di muka a, u, o, dan konsonan menjadi k


calomel
construction
cubic
coup
classification
crystal

kalomel
konstruksi
kubik
kup
klasifikasi
kristal

c di muka e, i, oe, dan y menjadi s


central
cent
cybernetics
circulation
cylinder
coelom

sentral
sen
sibernetika
sirkulasi
silinder
selom

cc di muka o, u, dan konsonan menjadi k


accomodation
acculturation
acclimatization
accumulation
acclamation

akomodasi
akulturasi
aklimatisasi
akumulasi
aklamasi

cc di muka e dan i menjadi ks


accent
accessoryv vaccine

aksen
aksesori
vaksin

cch dan ch di muka a, o, dan konsonan menjadi k


saccharin
charisma
cholera
chromosome
technique

sakarin
karisma
kolera
kromosom
teknik

ch yang lafalnya s atau sy menjadi s


echelon
machine

eselon
mesin

ch yang lafalnya c menjadi c


check
China

cek
Cina

ç (Sanskerta) menjadi s


çabda
çastra

sabda
sastra

e tetap e


effect
description
synthesis

efek
deskripsi
sintesis

ea tetap ea


idealist
habeas

idealis
habeas

ee (Belanda) menjadi e


stratosfeer
systeem

stratosfer
sistem

ei tetap ei


eicosane
eidetic
einsteinium

eikosan
eidetik
einsteinium

eo tetap eo


stereo
geometry
zeolite

stereo
geometri
zeolit

eu tetap eu


neutron
eugenol
europium

neutron
eugenol
europium

f tetap f


fanatic
factor
fossil

fanatik
faktor
fosil

gh menjadi g


sorghum

sorgum

gue menjadi ge


igue
gigue

ige
gige

i pada awal suku kata di muka vokal tetap i


iambus
ion
iota

iambus
ion
iota

ie (Belanda) menjadi i jika lafalnya i


politiek
riem

politik
rim

ie tetap ie jika lafalnya bukan i


variety
patient
efficient

varietas
pasien
efisien

kh (Arab) tetap kh


khusus
akhir

khusus
akhir

ng tetap ng


contingent
congress
linguistics

kontingen
kongres
linguistik

oe (oi Yunani) menjadi e


oestrogen
oenology
foetus

estrogen
enologi
fetus

oo (Belanda) menjadi o


cartoon
proof
pool

kartun
pruf
pul

oo (vokal ganda) tetap oo


zoology
coordination

zoologi
koordinasi

ou menjadi u jika lafalnya u


gouverneur
coupon
contour

gubernur
kupon
kontur

ph menjadi f


phase
physiology
spectograph

fase
fisiologi
spektograf

ps tetap ps


pseudo
psychiatry
psychosomatic

pseudo
psikiatri
psikosomatik

pt tetap pt


pterosaur
pteridology
ptyalin

pterosaur
pteridologi
ptialin

q menjadi k


aquarium
frequency
equator

akuarium
frekuensi
ekuator

rh menjadi r


rhapsody
rhombus
rhythm
rhetoric

rapsodi
rombus
ritme
retorika

sc di muka a, o, u, dan konsonan menjadi sk


scandium
scotapia
scutella
sclerosis
scriptie

skandium
skotapia
skutela
sklerosis
skripsi

sc di muka e, i, dan y menjadi s


scenography
scintillation
scyphistoma

senografi
sintilasi
sifistoma

sch di muka vokal menjadi sk


schema
schizophrenia
scholasticism

skema
skizofrenia
skolastisisme

t di muka i menjadi s jika lafalnya s


ratio
action
patient

rasio
aksi
pasien

th menjadi t


theocracy
orthography
thiopental
thrombosis
methode

teokrasi
ortografi
tiopental
trombosis
metode

u tetap u


unit
nucleolus
structure
institute

unit
nukleolus
struktur
institut

ua tetap ua


dualisme
aquarium

dualisme
akuarium

ue tetap ue


suede
duet

sued
duet

ui tetap ui


equinox
conduite

ekuinoks
konduite

uo tetap uo


fluorescein
quorum
quota

fluoresein
kuorum
kuota

uu menjadi u


prematuur
vacuum

prematur
vakum

v tetap v


vitamin
television
cavalry

vitamin
televisi
kavaleri

x pada awal kata tetap x


xanthate
xenon
xylophone

xantat
xenon
xilofon

x pada posisi lain menjadi ks


executive
taxi
exudation
latex

eksekutif
taksi
eksudasi
lateks

xc di muka e dan i menjadi ks


exception
excess
excision
excitation

eksepsi
ekses
eksisi
eksitasi

xc di muka a, o, u, dan konsonan menjadi ksk


excavation
excommunication
excursive
exclusive

ekskavasi
ekskomunikasi
ekskursif
eksklusif

y tetap y jika lafalnya y


yakitori
yangonin
yen
yuan

yakitori
yangonin
yen
yuan

y menjadi i jika lafalnya i


yttrium
dynamo
propyl
psychology

itrium
dinamo
propil
psikologi

z tetap z


zenith
zirconium
zodiac
zygote

zenith
zirkonium
zodiak
zigot

[sunting] Konsonan ganda

Konsonan ganda menjadi konsonan tunggal kecuali kalau dapat membingungkan.

Misalnya:

gabbro
accu
effect
commision
ferrum
solfeggio

gabro
aki
efek
komisi
ferum
solfegio

tetapi:

mass

massa

[sunting] Catatan

  1. Unsur pungutan yang sudah lazim dieja secara Indonesia tidak perlu lagi diubah

Misalnya: kabar, sirsak, iklan, perlu, bengkel, hadir.

  1. Sekalipun dalam ejaan yang disempurnakan huruf q dan x diterima sebagai bagian abjad bahasa Indonesia, kedua huruf itu diindonesiakan menurut kaidah yang terurai di atas. Kedua huruf itu digunakan dalam penggunaan tertentu saja seperti dalam pembedaan nama dan istilah khusus.

[sunting] Akhiran asing

Di samping pegangan untuk penulisan unsur serapan tersebut di atas, berikut ini didaftarkan juga akhiran-akhiran asing serta penyesuaiannya dalam bahasa Indonesia. Akhiran itu diserap sebagai bagian kata yang utuh.

Kata seperti standardisasi, efektif, dan implementasi diserap secara utuh di samping kata standar, efek, dan implemen.




-aat (Belanda) menjadi -at


advokaat

advokat

-age menjadi -ase


percentage
etalage

persentase
etalase

-al, -eel (Belanda) menjadi -al


structural, structureel
formal, formeel
normal, normaal

struktural
formal
normal

-ant menjadi -an


accountant
informant

akuntan
informan

-ary, -air (Belanda) menjadi -er


complementary, complementair
primary, primair
secondary, secundair

komplementer
primer
sekunder

-(a)tion, -(a)tie (Belanda) menjadi -asi, -si


action, actie
publication, publicatie

aksi
publikasi

-eel (Belanda) menjadi -el


ideëel
materieel
moreel

ideel
materiel
morel

-ein tetap -ein


casein
protein

kasein
protein

-ic, -ics, -ique, -iek, -ica (Belanda) menjadi -ik, -ika


logic, logica
phonetics, phonetiek
physics, physica
dialectics, dialektica
technique, techniek

logika
fonetik
fisika
dialektika
teknik

-ic, -isch (adjektiva Belanda) menjadi -ik


electronic, electronisch
mechanic, mechanisch
ballistic, ballistisch

elektronik
mekanik
balistik

-ical, -isch (Belanda) menjadi -is


economical, economisch
practical, practisch
logical, logisch

ekonomis
praktis
logis

-ile, iel menjadi -il


percentile, percentiel
mobile, mobiel


-ism, -isme (Belanda) menjadi -isme


modernism, modernisme
communism, communisme

modernisme
komunisme

-ist menjadi -is


publicist
egoist

publisis
egois

-ive, -ief (Belanda) menjadi -if


descriptive, descriptief
demonstrative, demonstratief

deskriptif
demonstratif

-logue menjadi -log


catalogue
dialogue

katalog
dialog

-logy, -logie (Belanda) menjadi -logi


technology, technologie
physiology, physiologie
analogy, analogie

teknologi
fisiologi
analogi

-loog (Belanda) menjadi -log


analoog
epiloog

analog
epilog

-oid, -oide (Belanda) menjadi -oid


hominoid, hominoide
anthropoid, anthropoide

hominoid
anthropoid

-oir(e) menjadi -oar


trottoir
repertoire

trotoar
repertoar

-or, -eur (Belanda) menjadi -ur, -ir


director, directeur
inspector, inspecteur
amateur
formateur

direktur
inspektur
amatir
formatur

-or tetap -or


dictator
corrector

diktator
korektor

-ty, -teit (Belanda) menjadi -tas


university, universiteit
quality, qualiteit

universitas
kualitas

-ure, -uur (Belanda) menjadi -ur


structure, struktuur
premature, prematuur

struktur
prematur

[sunting] V. Pemakaian Tanda Baca

[sunting] A. Tanda Titik (.)

1.

Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.


Misalnya:

· Ayahku tinggal di Solo.

· Biarlah mereka duduk di sana.

· Dia menanyakan siapa yang akan datang.

· Hari ini tanggal 6 April 1973.

· Marilah kita mengheningkan cipta.

· Sudilah kiranya Saudara mengabulkan permohonan ini.

2.

Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.


Misalnya:

a.

III.

Departemen Dalam Negri

A.

Direktorat Jendral Pembangunan Masyarakat Desa

B.

Direktorat Jendral Agraria

1.

b.

1.

Patokan Umum


1.1

Isi Karangan


1.2

Ilustrasi



1.2.1

Gambar Tangan



1.2.2

Tabel



1.2.3

Grafik


Catatan:

Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan atau ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau huruf.

3.

Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.


Misalnya:

pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)

4.

Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu.


Misalnya:

1.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)

0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)

0.0.30 jam (30 detik)

5.

Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.


Misalnya:

Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltevreden: Balai Poestaka.

6a.

Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.


Misalnya:

Desa itu berpenduduk 24.200 orang.

Gempa yang terjadi semalam menewaskan 1.231 jiwa.

6b.

Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.


Misalnya:

Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung.

Lihat halaman 2345 dan seterusnya.

Nomor gironya 5645678.

7.

Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.


Misalnya:

Acara Kunjungan Adam Malik

Bentuk dan Kedaulatan (Bab I UUD'45)

Salah Asuhan

8.

Tanda titik tidak dipakai di belakang

(1) alamat pengirim dan tanggal surat atau
(2) nama dan alamat penerima surat.


Misalnya:

Jalan Diponegoro 82

Jakarta (tanpa titik)

1 April 1985 (tanpa titik)

Yth. Sdr. Moh. Hasan (tanpa titik)

Jalan Arif 43 (tanpa titik)

Palembang (tanpa titik)

Atau:

Kantor Penempatan Tenaga (tanpa titik)

Jalan Cikini 71 (tanpa titik)

Jakarta (tanpa titik)

[sunting] B. Tanda Koma (,)

1.

Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.


Misalnya:

· Saya membeli kertas, pena, dan tinta.

· Surat biasa, surat kilat, ataupun surat khusus memerlukan perangko.

· Satu, dua, ... tiga!

2.

Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan.


Misalnya:

· Saya ingin datang, tetapi hari hujan.

· Didi bukan anak saya, melainkan anak Pak Kasim.

3a.

Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.


Misalnya:

· Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.

· Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.

3b.

Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.


Misalnya:

· Saya tidak akan datang kalau hari hujan.

· Dia lupa akan janjinya karena sibuk.

· Dia tahu bahwa soal itu penting.

4.

Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi.


Misalnya:

· ... Oleh karena itu, kita harus berhati-hati.

· ... Jadi, soalnya tidak semudah itu.

5.

Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat.


Misalnya:

· O, begitu?

· Wah, bukan main!

· Hati-hati, ya, nanti jatuh.

6.

Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
(Lihat juga pemakaian tanda petik, Bab V, Pasal L dan M.)


Misalnya:

· Kata Ibu, "Saya gembira sekali."

· "Saya gembira sekali," kata Ibu, "karena kamu lulus."

7.

Tanda koma dipakai di antara

(i) nama dan alamat,
(ii) bagian-bagian alamat,
(iii) tempat dan tanggal, dan
(iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.


Misalnya:

· Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Raya Salemba 6, Jakarta.

· Sdr. Abdullah, Jalan Pisang Batu 1, Bogor

· Surabaya, 10 mei 1960

· Kuala Lumpur, Malaysia

8.

Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.


Misalnya:

Alisjahbana, Sutan Takdir. 1949 Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 1 dan 2. Djakarta: PT Pustaka Rakjat.

9.

Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.


Misalnya:

W.J.S. Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang (Yogyakarta: UP Indonesia, 1967), hlm. 4.

10.

Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.


Misalnya:

B. Ratulangi, S.E.

Ny. Khadijah, M.A.

11.

Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.


Misalnya:

12,5 m

Rp12,50

12.

Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
(Lihat juga pemakaian tanda pisah, Bab V, Pasal F.)


Misalnya

· Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali.

· Di daerah kami, misalnya, masih banyak orang laki-laki yang makan sirih.

· Semua siswa, baik yang laki-laki maupun yang perempuan, mengikuti latihan paduan suara.


Bandingkan dengan keterangan pembatas yang pemakaiannya tidak diapit tanda koma:

Semua siswa yang lulus ujian mendaftarkan namanya pada panitia.

13.

Tanda koma dapat dipakai—untuk menghindari salah baca—di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.


Misalnya:

Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh.

Atas bantuan Agus, Karyadi mengucapkan terima kasih.


Bandingkan dengan:

Kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh dalam pembinaan dan pengembangan bahasa.

Karyadi mengucapkan terima kasih atas bantuan Agus.

14.

Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.


Misalnya:

"Di mana Saudara tinggal?" tanya Karim.

"Berdiri lurus-lurus!" perintahnya.

[sunting] C. Tanda Titik Koma (;)

1.

Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.


Misalnya:

Malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga.

2.

Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.


Misalnya:

Ayah mengurus tanamannya di kebun itu; Ibu sibuk bekerja di dapur; Adik menghapal nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran "Pilihan Pendengar".

[sunting] D. Tanda Titik Dua (:)

1a.

Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian.


Misalnya:

· Kita sekarang memerlukan perabotan rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.

· Hanya ada dua pilihan bagi pejuang kemerdekaan itu: hidup atau mati.

1b.

Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau perian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan


Misalnya:

· Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.

· Fakultas itu mempunyai Jurusan Ekonomi Umum dan Jurusan Ekonomi Perusahaan.

2.

Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.


Misalnya:

a.

Ketua
Sekretaris
Bendahara

:
:
:

Ahmad Wijaya
S. Handayani
B. Hartawan

b.

Tempat Sidang
Pengantar Acara
Hari
Waktu

:
:
:
:

Ruang 104
Bambang S.
Senin
09.30

3.

Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.


Misalnya:


Ibu

:

(meletakkan beberapa kopor) "Bawa kopor ini, Mir!"

Amir

:

"Baik, Bu." (mengangkat kopor dan masuk)

Ibu

:

"Jangan lupa. Letakkan baik-baik!" (duduk di kursi besar)

4.

Tanda titik dua dipakai:

(i) di antara jilid atau nomor dan halaman,
(ii) di antara bab dan ayat dalam kitab suci,
(iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan, serta
(iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.


Misalnya:

Tempo, I (1971), 34:7

Surah Yasin:9

Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit.

Tjokronegoro, Sutomo, Tjukupkah Saudara membina Bahasa Persatuan Kita?, Djakarta: Eresco, 1968.

[sunting] E. Tanda Hubung (–)

1.

Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh penggantian baris.


Misalnya:

Di samping cara-cara lama itu ada ju-

ga cara yang baru.


Suku kata yang berupa satu vokal tidak ditempatkan pada ujung baris atau pangkal baris.


Misalnya:

Beberapa pendapat mengenai masalah itu

telah disampaikan ....

Walaupun sakit, mereka tetap tidak mau

beranjak ....

atau

Beberapa pendapat mengenai masalah

itu telah disampaikan ....

Walaupun sakit, mereka tetap tidak

mau beranjak ....

bukan

Beberapa pendapat mengenai masalah i-

tu telah disampaikan ....

Walaupun sakit, mereka tetap tidak ma-

u beranjak ....

2.

Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata dibelakangnya atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris.


Misalnya:

Kini ada cara yang baru untuk meng-

ukur panas.

Kukuran baru ini memudahkan kita me-

ngukur kelapa.

Senjata ini merupakan alat pertahan-

an yang canggih.


Akhiran -i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada pangkal baris.

3.

Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.


Misalnya:

anak-anak, berulang-ulang, kemerah-merahan.


Angka 2 sebagai tanda ulang hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula, dan tidak dipakai pada teks karangan.

4.

Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.


Misalnya:

p-a-n-i-t-i-a

8-4-1973

5.

Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas

(i) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan, dan (ii) penghilangan bagian kelompok kata.


Misalnya:

· ber-evolusi

· dua puluh lima-ribuan (20 x 5000)

· tanggung jawab-dan kesetiakawanan-sosial


Bandingkan dengan:

· be-revolusi

· dua-puluh-lima-ribuan (1 x 25000)

· tanggung jawab dan kesetiakawanan sosial

6.

Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan

(i) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital,
(ii) ke- dengan angka,
(iii) angka dengan -an,
(iv) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan
(v) nama jabatan rangkap


Misalnya

se-Indonesia, se-Jawa Barat, hadiah ke-2, tahun 50-an, mem-PHK-kan, hari-H, sinar-X, Menteri-Sekretaris Negara

7.

Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.


Misalnya:

di-smash, pen-tackle-an

[sunting] F. Tanda Pisah (—)

1.

Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat.


Misalnya:

Kemerdekaan bangsa itu—saya yakin akan tercapai—diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.

2.

Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.


Misalnya:

Rangkaian temuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom—telah mengubah persepsi kita tentang alam semesta.

3.

Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti 'sampai ke' atau 'sampai dengan'.


Misalnya:

1910—1945

tanggal 5—10 April 1970

JakartaBandung

Catatan:

Dalam pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda hubung tanpa spasi sebelum dan sesudahnya.

[sunting] G. Tanda Elipsis (...)

1.

Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.


Misalnya:

· Kalau begitu ... ya, marilah kita bergerak.

2.

Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan.


Misalnya:

· Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.

Catatan:

Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat buah titik; tiga buah untuk menandai penghilangan teks dan satu untuk menandai akhir kalimat.

Misalnya:

Dalam tulisan, tanda baca harus digunakna dengan hati-hati ....

[sunting] H. Tanda Tanya (?)

1.

Tanda tanya dipakai pada akhir tanya.


Misalnya:

· Kapan ia berangkat?

· Saudara tahu, bukan?

2.

Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.


Misalnya:

· Ia dilahirkan pada tahun 1683 (?).

· Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.

[sunting] I. Tanda Seru (!)

Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.

Misalnya:

· Alangkah seramnya peristiwa itu!

· Bersihkan kamar itu sekarang juga!

· Masakan! Sampai hati juga ia meninggalkan anak-istrinya!

· Merdeka!

[sunting] J. Tanda Kurung ((...))

1.

Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan.


Misalnya:

· Bagian Perencanaan sudah selesai menyusun DIK (Daftar Isian Kegiatan) kantor itu.

2.

Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.


Misalnya:

· Sajak Tranggono yang berjudul "Ubud" (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962.

· Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus perkembangan baru dalam pasaran dalam negeri.

3.

Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.


Misalnya:

· Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a).

· Pejalan kaki itu berasal dari (kota) Surabaya.

4.

Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.


Misalnya:

· Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal.

[sunting] K. Tanda Kurung Siku ([...])

1.

Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli.


Misalnya:

· Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.

2.

Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.


Misalnya:

· Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 35-38]) perlu dibentangkan di sini.

[sunting] L. Tanda Petik ("...")

1.

Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain.


Misalnya:

· "Saya belum siap," kata Mira, "tunggu sebentar!"

· Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, "Bahasa negara ialah Bahasa Indonesia."

2.

Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.


Misalnya:

· Bacalah "Bola Lampu" dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu Tempat.

· Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul "Rapor dan Nilai Prestasi di SMA" diterbitkan dalam Tempo.

· Sajak "Berdiri Aku" terdapat pada halaman 5 buku itu.

3.

Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.


Misalnya:

· Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara "coba dan ralat" saja.

· Ia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal dengan nama "cutbrai".

4.

Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.


Misalnya:

· Kata Tono, "Saya juga minta satu."

5.

Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pad aujung kalimat atau bagian kalimat.


Misalnya:

· Karena warna kulitnya, Budi mendapat julikan "Si Hitam".

· Bang Komar sering disebut "pahlawan"; ia sendiri tidak tahu sebabnya.

Catatan:

Tanda petik pembuka dan tanda petik penutup pada pasangan tanda petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris.

[sunting] M. Tanda Petik Tunggal ('...')

1.

Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.


Misalnya:

· Tanya Basri, "Kau dengar bunyi 'kring-kring' tadi?"

· "Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku, 'Ibu, Bapak pulang', dan rasa letihku lenyap seketika," ujar Pak Hamdan.

2.

Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing. (Lihat pemakaian tanda kurung, Bab V, Pasal J.)


Misalnya:

· feed-back 'balikan'

[sunting] N. Tanda Garis Miring (/)

1.

Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.


Misalnya:

No. 7/PK/1973

Jalan Kramat III/10

tahun anggaran 1985/1986

2.

Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap.


Misalnya:

dikirimkan lewat darat/laut

(dikirimkan lewat darat atau laut)

harganya Rp25,00/lembar

(harganya Rp25,00 tiap lembar)

O. Tanda Penyingkat (Apostrof) (')

Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.

Misalnya:

Ali 'kan kusurati.

('kan = akan)

Malam 'lah tiba.

('lah = telah)

1 Januari '88

('88 = 1988)


Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan edisi kedua berdasarkan keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Nomor 0543a/U/1987, tanggal 9 September 1987, dicermatkan pada Rapat Kerja ke-30 Panitia Kerja Sama Kebahasaan di Tugu, tanggal 16–20 Desember 1990 dan diterima pada Sidang ke-30 Majelis Bahasa Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia di Bandar Seri Begawan, tanggal 4–6 Maret 1991.

Daftar isi:


I.

Pemakaian Huruf


A. Huruf Abjad
B. Huruf Vokal
C. Huruf Konsonan
D. Huruf Diftong
E. Gabungan Huruf Konsonan
F. Pemenggalan Kata


II.

Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring


A. Huruf Kapital atau Huruf Besar
B. Huruf Miring


III.

Penulisan Kata


A. Kata Dasar
B. Kata Turunan
C. Kata Ulang
D. Gabungan Kata
E. Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya
F. Kata Depan di, ke, dan dari
G. Kata si dan sang
H. Partikel
I. Singkatan dan Akronim
J. Angka dan Lambang Bilangan

IV.

Penulisan Huruf Serapan





V.

Pemakaian Tanda Baca



A. Tanda Titik
B. Tanda Koma
C. Tanda Titik Koma
D. Tanda Titik Dua
E. Tanda Hubung
F. Tanda Pisah
G. Tanda Elipsis
H. Tanda Tanya

I. Tanda Seru
J. Tanda Kurung
K. Tanda Kurung Siku
L. Tanda Petik
M. Tanda Petik Tunggal
N. Tanda Garis Miring
O. Tanda Penyingkat (Apostrof)

[sunting] I. Pemakaian Huruf

[sunting] A. Huruf Abjad

Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf yang berikut. Nama tiap huruf disertakan di sebelahnya.

Huruf

Nama

Huruf

Nama

Huruf

Nama

A a

a

J j

je

S s

es

B b

be

K k

ka

T t

te

C c

ce

L l

el

U u

u

D d

de

M m

em

V v

fe

E e

e

N n

en

W w

we

F f

ef

O o

o

X x

eks

G g

ge

P p

pe

Y y

ye

H h

ha

Q q

ki

Z z

zet

I i

i

R r

er



[sunting] B. Huruf Vokal

Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o, dan u.

Huruf Vokal

Contoh Pemakaian dalam Kata

Di Awal

Di Tengah

Di Akhir

a

api

padi

lusa

e*

enak

petak

sore


emas

kena

tipe

i

itu

simpan

murni

o

oleh

kota

radio

u

ulang

bumi

ibu

* Dalam pengajaran lafal kata, dapat digunakan tanda aksen jika ejaan kata menimbulkan keraguan.

Misalnya:

Anak-anak bermain di teras (téras).

Upacara itu dihadiri pejabat teras pemerintah.

Kami menonton film seri (séri).

Pertandingan itu berakhir seri.

[sunting] C. Huruf Konsonan

Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.

Huruf Konsonan

Contoh Pemakaian dalam Kata

Di Awal

Di Tengah

Di Akhir

b

bahasa

sebut

adab

c

cakap

kaca

d

dua

ada

abad

f

fakir

kafir

maaf

g

guna

tiga

balig

h

hari

saham

tuah

j

jalan

manja

mikraj

k

kami

paksa

sesak


rakyat*

bapak*

l

lekas

alas

kesal

m

maka

kami

diam

n

nama

anak

daun

p

pasang

apa

siap

q**

Quran

Furqan

r

raih

bara

putar

s

sampai

asli

lemas

t

tali

mata

rapat

v

varia

lava

w

wanita

hawa

x**

xenon

y

yakin

payung

z

zeni

lazim

juz

* Huruf k di sini melambangkan bunyi hamzah.

** Huruf q dan x digunakan khusus untuk nama dan keperluan ilmu.

[sunting] D. Huruf Diftong

Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi.

Huruf Diftong

Contoh Pemakaian dalam Kata

Di Awal

Di Tengah

Di Akhir

ai

ain

syaitan

pandai

au

aula

saudara

harimau

oi

boikot

amboi

[sunting] E. Gabungan Huruf Konsonan

Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan konsonan, yaitu kh, ng, ny, dan sy.

Gabungan
Huruf
Konsonan

Contoh Pemakaian dalam Kata

Di Awal

Di Tengah

Di Akhir

kh

khusus

akhir

tarikh

ng

ngilu

bangun

senang

ny

nyata

hanyut

sy

syarat

isyarat

arasy

[sunting] F. Pemenggalan Kata

1.

Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut:


a.

Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan kata itu dilakukan di antara kedua huruf vokal itu.


Misalnya: ma-in, sa-at, bu-ah


Huruf diftong ai, au, dan oi tidak pernah diceraikan sehingga pemenggalan kata tidak dilakukan di antara kedua huruf itu.


Misalnya:

au-la

bukan

a-u-la

sau-da-ra

bukan

sa-u-da-ra

am-boi

bukan

am-bo-i

b.

Jika di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan huruf konsonan, di antara dua buah huruf vokal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan.


Misalnya:

ba-pak, ba-rang, su-lit, la-wan, de-ngan, ke-nyang, mu-ta-khir

c.

Jika di tengah kata ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu. Gabungan huruf konsonan tidak pernah diceraikan.


Misalnya:

man-di, som-bong, swas-ta, cap-lok, Ap-ril, bang-sa, makh-luk

d.

Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih, pemenggalan dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua.


Misalnya:

in-strumen, ul-tra, in-fra, bang-krut, ben-trik, ikh-las

2.

Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan, termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya, dapat dipenggal pada pergantian baris.


Misalnya:

makan-an, me-rasa-kan, mem-bantu, pergi-lah


Catatan:

a.

Bentuk dasar pada kata turunan sedapat-dapatnya tidak dipenggal.

b.

Akhiran -i tidak dipenggal.
(Lihat keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 1.)

c.

Pada kata yang berimbuhan sisipan, pemenggalan kata dilakukan sebagai berikut.


Misalnya: te-lun-juk, si-nam-bung, ge-li-gi

3.

Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalan kata dapat dilakukan

(1) di antara unsur-unsur itu atau
(2) pada unsur gabungan itu sesuai dengan kaidah 1a, 1b, 1c, dan 1d di atas.


Misalnya:

bio-grafi, bi-o-gra-fi

foto-grafi, fo-to-gra-fi

intro-speksi, in-tro-spek-si

kilo-gram, ki-lo-gram

kilo-meter, ki-lo-me-ter

pasca-panen, pas-ca-pa-nen

[sunting] Keterangan:

Nama orang, badan hukum, dan nama diri yang lain disesuaikan dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan kecuali jika ada pertimbangan khusus.

[sunting] II. Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring

[sunting] A. Huruf Kapital atau Huruf Besar

1.

Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.


Misalnya:

Dia mengantuk.

Apa maksudnya?

Kita harus bekerja keras.

Pekerjaan itu belum selesai.

2.

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.


Misalnya:

Adik bertanya, "Kapan kita pulang?"

Bapak menasihatkan, "Berhati-hatilah, Nak!"

"Kemarin engkau terlambat," katanya.

"Besok pagi," kata Ibu, "dia akan berangkat".

3.

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.


Misalnya:

Allah, Yang Mahakuasa, Yang Maha Pengasih, Alkitab, Quran, Weda, Islam, Kristen

Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar kepada hamba-Nya.

Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.

4.

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.


Misalnya:

Mahaputra Yamin

Sultan Hasanuddin

Haji Agus Salim

Imam Syafii

Nabi Ibrahim


Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar, kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.


Misalnya:

Dia baru saja diangkat menjadi sultan.

Tahun ini ia pergi naik haji.

5.

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.


Misalnya:

Wakil Presiden Adam Malik

Perdana Menteri Nehru

Profesor Supomo

Laksamana Muda Udara Husen Sastranegara

Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian

Gubernur Irian Jaya


Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang, atau nama tempat.


Misalnya:

Siapa gubernur yang baru dilantik itu?

Kemarin Brigadir Jenderal Ahmad dilantik menjadi mayor jenderal.

6.

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.


Misalnya:

Amir Hamzah

Dewi Sartika

Wage Rudolf Supratman

Halim Perdanakusumah

Ampere


Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama sejenis atau satuan ukuran.


Misalnya:

mesin diesel

10 volt

5 ampere

7.

Huruf kapital sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa.


Misalnya:

bangsa Indonesia

suku Sunda

bahasa Inggris


Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.


Misalnya:

mengindonesiakan kata asing

keinggris-inggrisan

8.

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.


Misalnya:

bulan Agustus

hari Natal

bulan Maulid

Perang Candu

hari Galungan

tahun Hijriah

hari Jumat

tarikh Masehi

hari Lebaran

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia


Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama.


Misalnya:

Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya.

Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.

9.

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.


Misalnya:

Asia Tenggara

Kali Brantas

Banyuwangi

Lembah Baliem

Bukit Barisan

Ngarai Sianok

Cirebon

Pegunungan Jayawijaya

Danau Toba

Selat Lombok

Daratan Tinggi Dieng

Tanjung Harapan

Gunung Semeru

Teluk Benggala

Jalan Diponegoro

Terusan Suez

Jazirah Arab



Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri.


Misalnya:

berlayar ke teluk

mandi di kali

menyeberangi selat

pergi ke arah tenggara


Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai nama jenis.


Misalnya:

garam inggris

gula jawa

kacang bogor

pisang ambon

11.

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resi kecuali kata seperti dan.


Misalnya:

Republik Indonesia

Majelis Permusyawaratan Rakyat

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak

Keputusan Presiden Republik Indonesia, Nomor 57, Tahun 1972


Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.


Misalnya:

menjadi sebuah republik

beberapa badan hukum

kerja sama antara pemerintah dan rakyat

menurut undang-undang yang berlaku

12.

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.


Misalnya:

Perserikatan Bangsa-Bangsa

Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

Rancangan Undang-Undang Kepegawaian

13.

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal.


Misalnya:

Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.

Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.

Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan.

Ia menyelesaikan makalah "Asas-Asas Hukum Perdata".

14.

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.


Misalnya:

Dr.

doktor

M.A.

master of arts

S.H.

sarjana hukum

S.S.

sarjana sastra

Prof.

profesor

Tn.

tuan

Ny.

nyonya

Sdr.

saudara

15.

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.


Misalnya:

"Kapan Bapak berangkat?" tanya Harto.

Adik bertanya, "Itu apa, Bu?"

Surat Saudara sudah saya terima.

"Silakan duduk, Dik!" kata Ucok.

Besok Paman akan datang.

Mereka pergi ke rumah Pak Camat.

Para ibu mengunjungi Ibu Hasan.


Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan.


Misalnya:

Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.

Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.

16.

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.


Misalnya:

Sudahkah Anda tahu?

Surat Anda telah kami terima.

[sunting] B. Huruf Miring

1.

Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menulis nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.


Misalnya:

majalah Bahasa dan Kesusastraan

buku Negarakertagama karangan Prapanca

surat kabar Suara Karya

2.

Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.


Misalnya:

Huruf pertama kata abad ialah a.

Dia bukan menipu, tetapi ditipu.

Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf kapital.

Buatlah kalimat dengan berlepas tangan.

3.

Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.


Misalnya:

Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostana.

Politik divide et impera pernah merajalela di negeri ini.

Weltanschauung antara lain diterjemahkan menjadi 'pandangan dunia'.


Tetapi:

Negara itu telah mengalami empat kudeta.

Catatan:

Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring diberi satu garis di bawahnya.

[sunting] III. Penulisan Kata

[sunting] A. Kata Dasar

Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.

Misalnya:

Ibu percaya bahwa engkau tahu.

Kantor pajak penuh sesak.

Buku itu sangat tebal.

[sunting] B. Kata Turunan

1.

Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.


Misalnya:

· bergeletar

· dikelola

· penetapan

· menengok

· mempermainkan

2.

Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
(Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 5.)


Misalnya:

· bertepuk tangan

· garis bawahi

· menganak sungai

· sebar luaskan

3.

Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.
(Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 5.)


Misalnya:

· menggarisbawahi

· menyebarluaskan

· dilipatgandakan

· penghancurleburan

4.

Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.


Misalnya:

adipati

mahasiswa

aerodinamika

mancanegara

antarkota

multilateral

anumerta

narapidana

audiogram

nonkolaborasi

awahama

Pancasila

bikarbonat

panteisme

biokimia

paripurna

caturtunggal

poligami

dasawarsa

pramuniaga

dekameter

prasangka

demoralisasi

purnawirawan

dwiwarna

reinkarnasi

ekawarna

saptakrida

ekstrakurikuler

semiprofesional

elektroteknik

subseksi

infrastruktur

swadaya

inkonvensional

telepon

introspeksi

transmigrasi

kolonialisme

tritunggal

kosponsor

ultramodern

Catatan:

(1)

Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf kapital, di antara kedua unsur itu dituliskan tanda hubung (-).


Misalnya:

  • non-Indonesia
  • pan-Afrikanisme

(2)

Jika kata maha sebagai unsur gabungan diikuti oleh kata esa dan kata yang bukan kata dasar, gabungan itu ditulis terpisah.


Misalnya:

Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.

Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.

[sunting] C. Kata Ulang

Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.

Misalnya:

anak-anak, buku-buku, kuda-kuda, mata-mata, hati-hati, undang-undang, biri-biri, kupu-kupu, kura-kura, laba-laba, sia-sia, gerak-gerik, huru-hara, lauk-pauk, mondar-mandir, ramah-tamah, sayur-mayur, centang-perenang, porak-poranda, tunggang-langgang, berjalan-jalan, dibesar-besarkan, menulis-nulis, terus-menerus, tukar-menukar, hulubalang-hulubalang, bumiputra-bumiputra

[sunting] D. Gabungan Kata

1.

Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah.


Misalnya:

duta besar, kambing hitam, kereta api cepat luar biasa, mata pelajaran, meja tulis, model linear, orang tua, persegi panjang, rumah sakit umum, simpang empat.

2.

Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian, dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan.


Misalnya:

alat pandang-dengar, anak-istri saya, buku sejarah-baru, mesin-hitung tangan, ibu-bapak kami, watt-jam, orang-tua muda

3.

Gabungan kata berikut ditulis serangkai.


Misalnya:

acapkali, adakalanya, akhirulkalam, alhamdulillah, astagfirullah, bagaimana, barangkali, bilamana, bismillah, beasiswa, belasungkawa, bumiputra, daripada, darmabakti, darmasiswa, dukacita, halalbihalal, hulubalang, kacamata, kasatmata, kepada, keratabasa, kilometer, manakala, manasuka, mangkubumi, matahari, olahraga, padahal, paramasastra, peribahasa, puspawarna, radioaktif, sastramarga, saputangan, saripati, sebagaimana, sediakala, segitiga, sekalipun, silaturahmi, sukacita, sukarela, sukaria, syahbandar, titimangsa, wasalam

[sunting] E. Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya

Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; ku, mu, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

Misalnya:

Apa yang kumiliki boleh kauambil.

Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.

[sunting] F. Kata Depan di, ke, dan dari

Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
(Lihat juga Bab III, Pasal D, Ayat 3.)

Misalnya:

Kain itu terletak di dalam lemari.

Bermalam sajalah di sini.

Di mana Siti sekarang?

Mereka ada di rumah.

Ia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan.

Ke mana saja ia selama ini?

Kita perlu berpikir sepuluh tahun ke depan.

Mari kita berangkat ke pasar.

Saya pergi ke sana-sini mencarinya.

Ia datang dari Surabaya kemarin.

Catatan:

Kata-kata yang dicetak miring di bawah ini ditulis serangkai.

Si Amin lebih tua daripada si Ahmad.

Kami percaya sepenuhnya kepadanya.

Kesampingkan saja persoalan yang tidak penting itu.

Ia masuk, lalu keluar lagi.

Surat perintah itu dikeluarkan di Jakarta pada tanggal 11 Maret 1966.

Bawa kemari gambar itu.

Kemarikan buku itu.

Semua orang terkemuka di desa itu hadir dalam kenduri itu.

[sunting] G. Kata si dan sang

Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.

Misalnya:

Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil.

Surat itu dikirimkan kembali kepada si pengirim.

[sunting] H. Partikel

1.

Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.


Misalnya:

Bacalah buku itu baik-baik.

Jakarta adalah ibu kota Republik Indonesia.

Apakah yang tersirat dalam surat itu?

Siapakah gerangan dia?

Apatah gunanya bersedih hati?

2.

Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.


Misalnya:

Apa pun yang dimakannya, ia tetap kurus.

Hendak pulang pun sudah tak ada kendaraan.

Jangan dua kali, satu kali pun engkau belum pernah datang ke rumahku.

Jika ayah pergi, adik pun ingin pergi.


Catatan:

Kelompok yang lazim dianggap padu, misalnya adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, walaupun ditulis serangkai.

Misalnya:

Adapun sebab-sebabnya belum diketahui.

Bagaimanapun juga akan dicobanya menyelesaikan tugas itu.

Baik para mahasiswa maupun mahasiswi ikut berdemonstrasi.

Sekalipun belum memuaskan, hasil pekerjaannya dapat dijadikan pegangan.

Walaupun miskin, ia selalu gembira.

3.

Partikel per yang berarti 'mulai', 'demi', dan 'tiap' ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya.


Misalnya:

Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April.

Mereka masuk ke dalam ruangan satu per satu.

Harga kain itu Rp 2.000 per helai.

[sunting] I. Singkatan dan Akronim

1.

Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.


a.

Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti dengan tanda titik.


Misalnya:



A.S. Kramawijaya


Muh. Yamin


Suman Hs.


Sukanto S.A.


M.B.A

master of business administration

M.Sc.

master of science

S.E

sarjana ekonomi

S.Kar

sarjana karawitan

S.K.M

sarjana kesehatan masyarakat

Bpk.

bapak

Sdr.

saudara

Kol.

kolonel

b.

Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.


Misalnya:



DPR

Dewan Perwakilan Rakyat

PGRI

Persatuan Guru Republik Indonesia

GBHN

Garis-Garis Besar Haluan Negara

SMTP

Sekolah Menengah Tingkat Pertama

PT

Perseroan Terbatas

KTP

Kartu Tanda Penduduk

c.

Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik.


Misalnya:



dll.

dan lain-lain

dsb.

dan sebagainya

dst.

dan seterusnya

hlm.

halaman

sda.

sama dengan atas

Yth. (Sdr. Moh. Hasan)

Yang terhormat (Sdr. Moh. Hasan)



Tetapi:


a.n.

atas nama

d.a.

dengan alamat

u.b.

untuk beliau

u.p.

untuk perhatian

d.

Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.


Misalnya:



Cu

kuprum

TNT

trinitrotoluen

cm

sentimeter

kVA

kilovolt-ampere

l

liter

kg

kilogram

Rp (5.000,00)

(lima ribu) rupiah

2.

Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.


a.

Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital.


Misalnya:



ABRI

Angkatan Bersenjata Republik Indonesia

LAN

Lembaga Administrasi Negara

PASI

Persatuan Atletik Seluruh Indonesia

IKIP

Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan

SIM

Surat Izin Mengemudi

b.

Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.


Misalnya:



Akabri

Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia

Bappenas

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

Iwapi

Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia

Kowani

Kongres Wanita Indonesia

Sespa

Sekolah Staf Pimpinan Administrasi

c.

Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil


Misalnya:



pemilu

pemilihan umum

radar

radio detecting and ranging

rapim

rapat pimpinan

rudal

peluru kendali

tilang

bukti pelanggaran

Catatan:

Jika dianggap perlu membentuk akronim, hendaknya diperhatikan syarat-syarat berikut:

1. Jumlah suku kata akronim jangan melebihi jumlah suku kata yang lazin pada kata Indonesia

2. Akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia yang lazim.

[sunting] J. Angka dan Lambang Bilangan

1.

Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.


Angka Arab

:

0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9

Angka Romawi

:

I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M (1.000)

Pemakaiannya diatur lebih lanjut dalam pasal-pasal yang berikut ini.

2.

Angka digunakan untuk menyatakan:

(i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi (ii) satuan waktu (iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas


Misalnya:

0,5 sentimeter

5 kilogram

4 meter persegi

10 liter

1 jam 20 menit

pukul 15.00

tahun 1928

17 Agustus 1945

Rp5.000,00

US$3.50*

$5.10*

¥100

2.000 rupiah

50 dolar Amerika

10 paun Inggris

100 yen

10 persen

27 orang

* tanda titik di sini merupakan tanda desimal.

3.

Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat.


Misalnya:

· Jalan Tanah Abang I No. 15

· Hotel Indonesia, Kamar 169

4.

Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.


Misalnya:

· Bab X, Pasal 5, halaman 252

· Surah Yasin: 9

5.

Penulisan lambang bilangan yang dengan huruf dilakukan sebagai berikut:


a.

Bilangan utuh


Misalnya:

dua belas
dua puluh dua
dua ratus dua puluh dua


12
22
222

b.

Bilangan pecahan


Misalnya:

setengah
tiga perempat
seperenam belas
tiga dua pertiga
seperseratus
satu persen
satu dua persepuluh

1/2
3/4
1/16
3 2/3
1/100
1%
1,2

6.

Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang berikut.


Misalnya:

  • Paku Buwono X
  • pada awal abad XX
  • dalam kehidupan pada abad ke-20 ini
  • lihat Bab II, Pasal 5
  • dalam bab ke-2 buku itu
  • di daerah tingkat II itu
  • di tingkat kedua gedung itu
  • di tingkat ke-2 itu
  • kantornya di tingkat II itu

7.

Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran -an mengikuti


Misalnya:

tahun '50-an
uang 5000-an
lima uang 1000-an

(tahun lima puluhan)
(uang lima ribuan)
(lima uang seribuan)

8.

Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, sperti dalam perincian dan pemaparan.


Misalnya:

Amir menonton drama itu sampai tiga kali.

Ayah memesan tiga ratus ekor ayam.

Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5 orang memberikan suara blangko.

Kendaraan yang ditempah untuk pengangkutan umum terdiri atas 50 bus, 100 helicak, 100 bemo.

9.

Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.


Misalnya:

Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu.

Pak Darmo mengundang 250 orang tamu.


Bukan:

15 orang tewas dalam kecelakaan itu.

Dua ratus lima puluh orang tamu diundang Pak Darmo.

10.

Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca.


Misalnya:

Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah.

Penduduk Indonesia berjumlah lebih dari 120 juta orang.

11.

Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali di dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi.


Misalnya:

Kantor kami mempunya dua puluh orang pegawai.

DI lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.


Bukan:

Kantor kamu mempunyai 20 (dua puluh) orang pegawai.

Di lemari itu tersimpan 805 (delapan ratus lima) buku dan majalah.

12.

Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.


Misalnya:

Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp999,75 (sembilan ratus sembilan puluh sembilan dan tujuh puluh lima perseratus rupiah).

Saya lampirkan tanda terima uang sebesar 999,75 (sembilan ratus sembilan puluh sembilan dan tujuh puluh lima perseratus) rupiah.

[sunting] IV. Penulisan Huruf Serapan

Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari pelbagai bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing seperti Sanskerta, Arab, Portugis, Belanda, atau Inggris.

Berdasarkan taraf integrasinya, unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas dua golongan besar.

  1. Pertama, unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti: reshuffle, shuttle cock, I'exploitation de l'homme par I'homme. Unsur-unsur ini dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih mengikuti cara asing.
  2. Kedua, unsur pinjaman yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini diusahakan agar ejaannya hanya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.

[sunting] Kaidah ejaan

Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan itu sebagai berikut.




aa (Belanda) menjadi a


paal
baal
octaaf

pal
bal
oktaf

ae tetap ae jika tidak bervariasi dengan e


aerobe
aerodinamics

aerob
aerodinamika

ae, jika bervariasi dengan e, menjadi e


haemoglobin
haematite

hemoglobin
hematit

ai tetap ai


trailer
caisson

trailer
kaison

au tetap au


audiogram
autotroph
tautomer
hydraulic
caustic

audiogram
autotrof
tautomer
hidraulik
kaustik

c di muka a, u, o, dan konsonan menjadi k


calomel
construction
cubic
coup
classification
crystal

kalomel
konstruksi
kubik
kup
klasifikasi
kristal

c di muka e, i, oe, dan y menjadi s


central
cent
cybernetics
circulation
cylinder
coelom

sentral
sen
sibernetika
sirkulasi
silinder
selom

cc di muka o, u, dan konsonan menjadi k


accomodation
acculturation
acclimatization
accumulation
acclamation

akomodasi
akulturasi
aklimatisasi
akumulasi
aklamasi

cc di muka e dan i menjadi ks


accent
accessoryv vaccine

aksen
aksesori
vaksin

cch dan ch di muka a, o, dan konsonan menjadi k


saccharin
charisma
cholera
chromosome
technique

sakarin
karisma
kolera
kromosom
teknik

ch yang lafalnya s atau sy menjadi s


echelon
machine

eselon
mesin

ch yang lafalnya c menjadi c


check
China

cek
Cina

ç (Sanskerta) menjadi s


çabda
çastra

sabda
sastra

e tetap e


effect
description
synthesis

efek
deskripsi
sintesis

ea tetap ea


idealist
habeas

idealis
habeas

ee (Belanda) menjadi e


stratosfeer
systeem

stratosfer
sistem

ei tetap ei


eicosane
eidetic
einsteinium

eikosan
eidetik
einsteinium

eo tetap eo


stereo
geometry
zeolite

stereo
geometri
zeolit

eu tetap eu


neutron
eugenol
europium

neutron
eugenol
europium

f tetap f


fanatic
factor
fossil

fanatik
faktor
fosil

gh menjadi g


sorghum

sorgum

gue menjadi ge


igue
gigue

ige
gige

i pada awal suku kata di muka vokal tetap i


iambus
ion
iota

iambus
ion
iota

ie (Belanda) menjadi i jika lafalnya i


politiek
riem

politik
rim

ie tetap ie jika lafalnya bukan i


variety
patient
efficient

varietas
pasien
efisien

kh (Arab) tetap kh


khusus
akhir

khusus
akhir

ng tetap ng


contingent
congress
linguistics

kontingen
kongres
linguistik

oe (oi Yunani) menjadi e


oestrogen
oenology
foetus

estrogen
enologi
fetus

oo (Belanda) menjadi o


cartoon
proof
pool

kartun
pruf
pul

oo (vokal ganda) tetap oo


zoology
coordination

zoologi
koordinasi

ou menjadi u jika lafalnya u


gouverneur
coupon
contour

gubernur
kupon
kontur

ph menjadi f


phase
physiology
spectograph

fase
fisiologi
spektograf

ps tetap ps


pseudo
psychiatry
psychosomatic

pseudo
psikiatri
psikosomatik

pt tetap pt


pterosaur
pteridology
ptyalin

pterosaur
pteridologi
ptialin

q menjadi k


aquarium
frequency
equator

akuarium
frekuensi
ekuator

rh menjadi r


rhapsody
rhombus
rhythm
rhetoric

rapsodi
rombus
ritme
retorika

sc di muka a, o, u, dan konsonan menjadi sk


scandium
scotapia
scutella
sclerosis
scriptie

skandium
skotapia
skutela
sklerosis
skripsi

sc di muka e, i, dan y menjadi s


scenography
scintillation
scyphistoma

senografi
sintilasi
sifistoma

sch di muka vokal menjadi sk


schema
schizophrenia
scholasticism

skema
skizofrenia
skolastisisme

t di muka i menjadi s jika lafalnya s


ratio
action
patient

rasio
aksi
pasien

th menjadi t


theocracy
orthography
thiopental
thrombosis
methode

teokrasi
ortografi
tiopental
trombosis
metode

u tetap u


unit
nucleolus
structure
institute

unit
nukleolus
struktur
institut

ua tetap ua


dualisme
aquarium

dualisme
akuarium

ue tetap ue


suede
duet

sued
duet

ui tetap ui


equinox
conduite

ekuinoks
konduite

uo tetap uo


fluorescein
quorum
quota

fluoresein
kuorum
kuota

uu menjadi u


prematuur
vacuum

prematur
vakum

v tetap v


vitamin
television
cavalry

vitamin
televisi
kavaleri

x pada awal kata tetap x


xanthate
xenon
xylophone

xantat
xenon
xilofon

x pada posisi lain menjadi ks


executive
taxi
exudation
latex

eksekutif
taksi
eksudasi
lateks

xc di muka e dan i menjadi ks


exception
excess
excision
excitation

eksepsi
ekses
eksisi
eksitasi

xc di muka a, o, u, dan konsonan menjadi ksk


excavation
excommunication
excursive
exclusive

ekskavasi
ekskomunikasi
ekskursif
eksklusif

y tetap y jika lafalnya y


yakitori
yangonin
yen
yuan

yakitori
yangonin
yen
yuan

y menjadi i jika lafalnya i


yttrium
dynamo
propyl
psychology

itrium
dinamo
propil
psikologi

z tetap z


zenith
zirconium
zodiac
zygote

zenith
zirkonium
zodiak
zigot

[sunting] Konsonan ganda

Konsonan ganda menjadi konsonan tunggal kecuali kalau dapat membingungkan.

Misalnya:

gabbro
accu
effect
commision
ferrum
solfeggio

gabro
aki
efek
komisi
ferum
solfegio

tetapi:

mass

massa

[sunting] Catatan

  1. Unsur pungutan yang sudah lazim dieja secara Indonesia tidak perlu lagi diubah

Misalnya: kabar, sirsak, iklan, perlu, bengkel, hadir.

  1. Sekalipun dalam ejaan yang disempurnakan huruf q dan x diterima sebagai bagian abjad bahasa Indonesia, kedua huruf itu diindonesiakan menurut kaidah yang terurai di atas. Kedua huruf itu digunakan dalam penggunaan tertentu saja seperti dalam pembedaan nama dan istilah khusus.

[sunting] Akhiran asing

Di samping pegangan untuk penulisan unsur serapan tersebut di atas, berikut ini didaftarkan juga akhiran-akhiran asing serta penyesuaiannya dalam bahasa Indonesia. Akhiran itu diserap sebagai bagian kata yang utuh.

Kata seperti standardisasi, efektif, dan implementasi diserap secara utuh di samping kata standar, efek, dan implemen.




-aat (Belanda) menjadi -at


advokaat

advokat

-age menjadi -ase


percentage
etalage

persentase
etalase

-al, -eel (Belanda) menjadi -al


structural, structureel
formal, formeel
normal, normaal

struktural
formal
normal

-ant menjadi -an


accountant
informant

akuntan
informan

-ary, -air (Belanda) menjadi -er


complementary, complementair
primary, primair
secondary, secundair

komplementer
primer
sekunder

-(a)tion, -(a)tie (Belanda) menjadi -asi, -si


action, actie
publication, publicatie

aksi
publikasi

-eel (Belanda) menjadi -el


ideëel
materieel
moreel

ideel
materiel
morel

-ein tetap -ein


casein
protein

kasein
protein

-ic, -ics, -ique, -iek, -ica (Belanda) menjadi -ik, -ika


logic, logica
phonetics, phonetiek
physics, physica
dialectics, dialektica
technique, techniek

logika
fonetik
fisika
dialektika
teknik

-ic, -isch (adjektiva Belanda) menjadi -ik


electronic, electronisch
mechanic, mechanisch
ballistic, ballistisch

elektronik
mekanik
balistik

-ical, -isch (Belanda) menjadi -is


economical, economisch
practical, practisch
logical, logisch

ekonomis
praktis
logis

-ile, iel menjadi -il


percentile, percentiel
mobile, mobiel


-ism, -isme (Belanda) menjadi -isme


modernism, modernisme
communism, communisme

modernisme
komunisme

-ist menjadi -is


publicist
egoist

publisis
egois

-ive, -ief (Belanda) menjadi -if


descriptive, descriptief
demonstrative, demonstratief

deskriptif
demonstratif

-logue menjadi -log


catalogue
dialogue

katalog
dialog

-logy, -logie (Belanda) menjadi -logi


technology, technologie
physiology, physiologie
analogy, analogie

teknologi
fisiologi
analogi

-loog (Belanda) menjadi -log


analoog
epiloog

analog
epilog

-oid, -oide (Belanda) menjadi -oid


hominoid, hominoide
anthropoid, anthropoide

hominoid
anthropoid

-oir(e) menjadi -oar


trottoir
repertoire

trotoar
repertoar

-or, -eur (Belanda) menjadi -ur, -ir


director, directeur
inspector, inspecteur
amateur
formateur

direktur
inspektur
amatir
formatur

-or tetap -or


dictator
corrector

diktator
korektor

-ty, -teit (Belanda) menjadi -tas


university, universiteit
quality, qualiteit

universitas
kualitas

-ure, -uur (Belanda) menjadi -ur


structure, struktuur
premature, prematuur

struktur
prematur

[sunting] V. Pemakaian Tanda Baca

[sunting] A. Tanda Titik (.)

1.

Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.


Misalnya:

· Ayahku tinggal di Solo.

· Biarlah mereka duduk di sana.

· Dia menanyakan siapa yang akan datang.

· Hari ini tanggal 6 April 1973.

· Marilah kita mengheningkan cipta.

· Sudilah kiranya Saudara mengabulkan permohonan ini.

2.

Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.


Misalnya:

a.

III.

Departemen Dalam Negri

A.

Direktorat Jendral Pembangunan Masyarakat Desa

B.

Direktorat Jendral Agraria

1.

b.

1.

Patokan Umum


1.1

Isi Karangan


1.2

Ilustrasi



1.2.1

Gambar Tangan



1.2.2

Tabel



1.2.3

Grafik


Catatan:

Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan atau ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau huruf.

3.

Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.


Misalnya:

pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)

4.

Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu.


Misalnya:

1.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)

0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)

0.0.30 jam (30 detik)

5.

Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.


Misalnya:

Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltevreden: Balai Poestaka.

6a.

Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.


Misalnya:

Desa itu berpenduduk 24.200 orang.

Gempa yang terjadi semalam menewaskan 1.231 jiwa.

6b.

Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.


Misalnya:

Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung.

Lihat halaman 2345 dan seterusnya.

Nomor gironya 5645678.

7.

Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.


Misalnya:

Acara Kunjungan Adam Malik

Bentuk dan Kedaulatan (Bab I UUD'45)

Salah Asuhan

8.

Tanda titik tidak dipakai di belakang

(1) alamat pengirim dan tanggal surat atau
(2) nama dan alamat penerima surat.


Misalnya:

Jalan Diponegoro 82

Jakarta (tanpa titik)

1 April 1985 (tanpa titik)

Yth. Sdr. Moh. Hasan (tanpa titik)

Jalan Arif 43 (tanpa titik)

Palembang (tanpa titik)

Atau:

Kantor Penempatan Tenaga (tanpa titik)

Jalan Cikini 71 (tanpa titik)

Jakarta (tanpa titik)

[sunting] B. Tanda Koma (,)

1.

Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.


Misalnya:

· Saya membeli kertas, pena, dan tinta.

· Surat biasa, surat kilat, ataupun surat khusus memerlukan perangko.

· Satu, dua, ... tiga!

2.

Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan.


Misalnya:

· Saya ingin datang, tetapi hari hujan.

· Didi bukan anak saya, melainkan anak Pak Kasim.

3a.

Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.


Misalnya:

· Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.

· Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.

3b.

Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.


Misalnya:

· Saya tidak akan datang kalau hari hujan.

· Dia lupa akan janjinya karena sibuk.

· Dia tahu bahwa soal itu penting.

4.

Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi.


Misalnya:

· ... Oleh karena itu, kita harus berhati-hati.

· ... Jadi, soalnya tidak semudah itu.

5.

Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat.


Misalnya:

· O, begitu?

· Wah, bukan main!

· Hati-hati, ya, nanti jatuh.

6.

Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
(Lihat juga pemakaian tanda petik, Bab V, Pasal L dan M.)


Misalnya:

· Kata Ibu, "Saya gembira sekali."

· "Saya gembira sekali," kata Ibu, "karena kamu lulus."

7.

Tanda koma dipakai di antara

(i) nama dan alamat,
(ii) bagian-bagian alamat,
(iii) tempat dan tanggal, dan
(iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.


Misalnya:

· Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Raya Salemba 6, Jakarta.

· Sdr. Abdullah, Jalan Pisang Batu 1, Bogor

· Surabaya, 10 mei 1960

· Kuala Lumpur, Malaysia

8.

Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.


Misalnya:

Alisjahbana, Sutan Takdir. 1949 Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 1 dan 2. Djakarta: PT Pustaka Rakjat.

9.

Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.


Misalnya:

W.J.S. Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang (Yogyakarta: UP Indonesia, 1967), hlm. 4.

10.

Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.


Misalnya:

B. Ratulangi, S.E.

Ny. Khadijah, M.A.

11.

Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.


Misalnya:

12,5 m

Rp12,50

12.

Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
(Lihat juga pemakaian tanda pisah, Bab V, Pasal F.)


Misalnya

· Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali.

· Di daerah kami, misalnya, masih banyak orang laki-laki yang makan sirih.

· Semua siswa, baik yang laki-laki maupun yang perempuan, mengikuti latihan paduan suara.


Bandingkan dengan keterangan pembatas yang pemakaiannya tidak diapit tanda koma:

Semua siswa yang lulus ujian mendaftarkan namanya pada panitia.

13.

Tanda koma dapat dipakai—untuk menghindari salah baca—di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.


Misalnya:

Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh.

Atas bantuan Agus, Karyadi mengucapkan terima kasih.


Bandingkan dengan:

Kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh dalam pembinaan dan pengembangan bahasa.

Karyadi mengucapkan terima kasih atas bantuan Agus.

14.

Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.


Misalnya:

"Di mana Saudara tinggal?" tanya Karim.

"Berdiri lurus-lurus!" perintahnya.

[sunting] C. Tanda Titik Koma (;)

1.

Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.


Misalnya:

Malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga.

2.

Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.


Misalnya:

Ayah mengurus tanamannya di kebun itu; Ibu sibuk bekerja di dapur; Adik menghapal nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran "Pilihan Pendengar".

[sunting] D. Tanda Titik Dua (:)

1a.

Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian.


Misalnya:

· Kita sekarang memerlukan perabotan rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.

· Hanya ada dua pilihan bagi pejuang kemerdekaan itu: hidup atau mati.

1b.

Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau perian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan


Misalnya:

· Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.

· Fakultas itu mempunyai Jurusan Ekonomi Umum dan Jurusan Ekonomi Perusahaan.

2.

Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.


Misalnya:

a.

Ketua
Sekretaris
Bendahara

:
:
:

Ahmad Wijaya
S. Handayani
B. Hartawan

b.

Tempat Sidang
Pengantar Acara
Hari
Waktu

:
:
:
:

Ruang 104
Bambang S.
Senin
09.30

3.

Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.


Misalnya:


Ibu

:

(meletakkan beberapa kopor) "Bawa kopor ini, Mir!"

Amir

:

"Baik, Bu." (mengangkat kopor dan masuk)

Ibu

:

"Jangan lupa. Letakkan baik-baik!" (duduk di kursi besar)

4.

Tanda titik dua dipakai:

(i) di antara jilid atau nomor dan halaman,
(ii) di antara bab dan ayat dalam kitab suci,
(iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan, serta
(iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.


Misalnya:

Tempo, I (1971), 34:7

Surah Yasin:9

Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit.

Tjokronegoro, Sutomo, Tjukupkah Saudara membina Bahasa Persatuan Kita?, Djakarta: Eresco, 1968.

[sunting] E. Tanda Hubung (–)

1.

Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh penggantian baris.


Misalnya:

Di samping cara-cara lama itu ada ju-

ga cara yang baru.


Suku kata yang berupa satu vokal tidak ditempatkan pada ujung baris atau pangkal baris.


Misalnya:

Beberapa pendapat mengenai masalah itu

telah disampaikan ....

Walaupun sakit, mereka tetap tidak mau

beranjak ....

atau

Beberapa pendapat mengenai masalah

itu telah disampaikan ....

Walaupun sakit, mereka tetap tidak

mau beranjak ....

bukan

Beberapa pendapat mengenai masalah i-

tu telah disampaikan ....

Walaupun sakit, mereka tetap tidak ma-

u beranjak ....

2.

Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata dibelakangnya atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris.


Misalnya:

Kini ada cara yang baru untuk meng-

ukur panas.

Kukuran baru ini memudahkan kita me-

ngukur kelapa.

Senjata ini merupakan alat pertahan-

an yang canggih.


Akhiran -i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada pangkal baris.

3.

Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.


Misalnya:

anak-anak, berulang-ulang, kemerah-merahan.


Angka 2 sebagai tanda ulang hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula, dan tidak dipakai pada teks karangan.

4.

Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.


Misalnya:

p-a-n-i-t-i-a

8-4-1973

5.

Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas

(i) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan, dan (ii) penghilangan bagian kelompok kata.


Misalnya:

· ber-evolusi

· dua puluh lima-ribuan (20 x 5000)

· tanggung jawab-dan kesetiakawanan-sosial


Bandingkan dengan:

· be-revolusi

· dua-puluh-lima-ribuan (1 x 25000)

· tanggung jawab dan kesetiakawanan sosial

6.

Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan

(i) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital,
(ii) ke- dengan angka,
(iii) angka dengan -an,
(iv) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan
(v) nama jabatan rangkap


Misalnya

se-Indonesia, se-Jawa Barat, hadiah ke-2, tahun 50-an, mem-PHK-kan, hari-H, sinar-X, Menteri-Sekretaris Negara

7.

Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.


Misalnya:

di-smash, pen-tackle-an

[sunting] F. Tanda Pisah (—)

1.

Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat.


Misalnya:

Kemerdekaan bangsa itu—saya yakin akan tercapai—diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.

2.

Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.


Misalnya:

Rangkaian temuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom—telah mengubah persepsi kita tentang alam semesta.

3.

Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti 'sampai ke' atau 'sampai dengan'.


Misalnya:

1910—1945

tanggal 5—10 April 1970

JakartaBandung

Catatan:

Dalam pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda hubung tanpa spasi sebelum dan sesudahnya.

[sunting] G. Tanda Elipsis (...)

1.

Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.


Misalnya:

· Kalau begitu ... ya, marilah kita bergerak.

2.

Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan.


Misalnya:

· Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.

Catatan:

Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat buah titik; tiga buah untuk menandai penghilangan teks dan satu untuk menandai akhir kalimat.

Misalnya:

Dalam tulisan, tanda baca harus digunakna dengan hati-hati ....

[sunting] H. Tanda Tanya (?)

1.

Tanda tanya dipakai pada akhir tanya.


Misalnya:

· Kapan ia berangkat?

· Saudara tahu, bukan?

2.

Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.


Misalnya:

· Ia dilahirkan pada tahun 1683 (?).

· Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.

[sunting] I. Tanda Seru (!)

Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.

Misalnya:

· Alangkah seramnya peristiwa itu!

· Bersihkan kamar itu sekarang juga!

· Masakan! Sampai hati juga ia meninggalkan anak-istrinya!

· Merdeka!

[sunting] J. Tanda Kurung ((...))

1.

Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan.


Misalnya:

· Bagian Perencanaan sudah selesai menyusun DIK (Daftar Isian Kegiatan) kantor itu.

2.

Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.


Misalnya:

· Sajak Tranggono yang berjudul "Ubud" (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962.

· Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus perkembangan baru dalam pasaran dalam negeri.

3.

Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.


Misalnya:

· Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a).

· Pejalan kaki itu berasal dari (kota) Surabaya.

4.

Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.


Misalnya:

· Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal.

[sunting] K. Tanda Kurung Siku ([...])

1.

Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli.


Misalnya:

· Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.

2.

Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.


Misalnya:

· Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 35-38]) perlu dibentangkan di sini.

[sunting] L. Tanda Petik ("...")

1.

Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain.


Misalnya:

· "Saya belum siap," kata Mira, "tunggu sebentar!"

· Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, "Bahasa negara ialah Bahasa Indonesia."

2.

Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.


Misalnya:

· Bacalah "Bola Lampu" dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu Tempat.

· Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul "Rapor dan Nilai Prestasi di SMA" diterbitkan dalam Tempo.

· Sajak "Berdiri Aku" terdapat pada halaman 5 buku itu.

3.

Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.


Misalnya:

· Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara "coba dan ralat" saja.

· Ia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal dengan nama "cutbrai".

4.

Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.


Misalnya:

· Kata Tono, "Saya juga minta satu."

5.

Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pad aujung kalimat atau bagian kalimat.


Misalnya:

· Karena warna kulitnya, Budi mendapat julikan "Si Hitam".

· Bang Komar sering disebut "pahlawan"; ia sendiri tidak tahu sebabnya.

Catatan:

Tanda petik pembuka dan tanda petik penutup pada pasangan tanda petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris.

[sunting] M. Tanda Petik Tunggal ('...')

1.

Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.


Misalnya:

· Tanya Basri, "Kau dengar bunyi 'kring-kring' tadi?"

· "Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku, 'Ibu, Bapak pulang', dan rasa letihku lenyap seketika," ujar Pak Hamdan.

2.

Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing. (Lihat pemakaian tanda kurung, Bab V, Pasal J.)


Misalnya:

· feed-back 'balikan'

[sunting] N. Tanda Garis Miring (/)

1.

Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.


Misalnya:

No. 7/PK/1973

Jalan Kramat III/10

tahun anggaran 1985/1986

2.

Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap.


Misalnya:

dikirimkan lewat darat/laut

(dikirimkan lewat darat atau laut)

harganya Rp25,00/lembar

(harganya Rp25,00 tiap lembar)

O. Tanda Penyingkat (Apostrof) (')

Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.

Misalnya:

Ali 'kan kusurati.

('kan = akan)

Malam 'lah tiba.

('lah = telah)

1 Januari '88

('88 = 1988)